JAKARTA, KOMPAS.com - Kedatangan Presiden AS Obama ke Indonesia pada 22 hingga 24 Maret 2010 mendatang ternyata menyimpan agenda penandatanganan MOU kerjasama Riset di 23 bidang keilmuan selama lima tahun. Kerjasama ini juga akan mengatur perlindungan hak kekayaan intelektual dan keragaman hayati.
Menurut Teguh Rahardjo, Deputi Menteri Riset dan Teknologi bidang Program Riset Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Minggu (14/1/2010), di Jakarta, hal terpenting dalam kerjasama itu adalah tentang perlindungan pemanfaatan kekayaan hayati Indonesia dan hak atas kekayaan intelektual.
"Dalam draft kesepakatan Iptek Indonesia-AS, tim perunding Indonesia berhasil memasukkan isu tentang MTA (Material Transfer Agreement) dan GRTK (Genetic Resource and Traditional Knowledge) yang selama ini tidak pernah disetujui AS masuk dalam naskah kerjasama bilateral,” ujarnya.
Sebenarnya kerjasama antarpeneliti kedua negara telah lama terjalin lewat lembaga riset dan swasta hingga menghasilkan beberapa karya inovasi. Namun untuk memberi payung hukum bagi perlindungan karya inovasi dan pemanfaatannya untuk tujuan komersial, diperlukan MOU tersebut.
Selanjutnya yang perlu dipikirkan semua pihak adalah memenuhi dan menjalankan komitmen dari perjanjian adalah pada pendanaannya.
Kerjasama Riset
Dikemukakan Nada Marsudi Sekretaris I pada Sekretariat Perijinan Peneliti Asing Kementerian Riset dan Teknologi, kerjasama Indonesia - Amerika sesungguhnya telah dijalankan sejak tahun 1978 hinga berakhir tahun 2002. Pada tahun 2008 mulai dilakukan pembicaraan untuk pembaruan kesepakatan tersebut.
Untuk itu sebelum tercapai kesepakatan penandatanganan MOU di Indonesia akhir Maret nanti, lanjut Nada, Pemerintah Indonesia mengutus Delegasi yang dipimpin oleh Direktur Perjanjian Internasional bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya, Damos Dumoli Agusman.
Delegasi yang terdiri dari wakil instansi dan lembaga riset terkait telah dua kali mengadakan pembicaraan dengan Pemerintah AS di Washington tentang lingkup kerjasama riset. Bidang itu antara lain meliputi pertanian, bioteknologi, kesehatan, teknologi informasi, nanoteknologi, teknologi pertahanan, teknologi maju, antariksa, lingkungan, dan humaniora.
Rencana penandatangan kerjasama itu akan dibahas dalam rapat kabinet dalam minggu ini. Selain itu dalam waktu dekat akan disusun program bersama dan membentuk tim yang akan membahas tentang pertukaran ilmuwan kedua negara, ujar Nada yang juga Asisten Deputi Menristek bidang Program Riset Iptek.