JAKARTA, SENIN - Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan, adalah usaha yang sia-sia bila mendeklarasikan diri sebagai capres 2009 sekarang ini. Secara politik, bila tidak mendapat dukungan rakyat yang signifikan, adalah hal yang sia-sia saja. Bila harus tergesa-gesa, hanya dianggap menjadi capres berdasar keinginan sendiri tanpa mengindahkan keinginan rakyat.
"Bagi saya, perlu hati-hati berbicara secara etika juga. Pemahaman saya, diletakkan pada pemahaman almarhum orangtua saya, kekuasaan itu bukan untuk diperebutkan, tetapi sebagai amanah yang harus dilaksanakan dengan kejujuran dan keikhlasan sebagai bentuk kewajiban dan pengabdian," ujarnya.
"Jadi logikanya, kalau rakyat menghendaki saya, pasti akan mencari kok. Kalau mencari, untuk apa saya harus mengatakan (deklarasi) lebih dulu. Belum tentu saya tahu rakyat maunya apa," kata Sri Sultan saat menyambangi kantor Persda Network Jakarta, Senin (28/4).
Ternyata, Sri Sultan yang bangsawan Jawa ini tak percaya adanya sosok Satria Piningit yang dianggap berbagai orang yang akan muncul untuk menyelamatkan bangsa dan negara. Satria Piningit hanyalah istilah bagi seorang pemimpin yang terpilih kemudian dan menjalankan tugasnya dengan penuh kejujuran. Tak hanya pada tingkat Presiden saja, pada tingkat bawah pun bisa diartikan sebagai Satria Piningit bila terpilih dan dianggap bisa bekerja secara jujur serta penuh amanah.
"Sebetulnya, Satria Piningit itu tidak pernah ada. Itu hanya pada diri kita sendiri. Satria Piningit seperti seolah-olah muncul di sisi di sana. Hanya bedanya, yang dianggap atau pengertian Satria Piningit itu yang terpilih saja, permasalahannya hanya di situ saja," ujar Sri Sultan.
Dalam pemahaman Jawa, terdapat konteks pemahaman yang berbeda. Secara fisik, Satria Pingingit, kata Sri Sultan memang tidak ada, akan tetapi hanya ada secara simbolik.
"Di tingkat apapun, tak usah pada level Presiden lah. Bila terpilih akan menjadi leader. Mungkin bisa sebagai kepala sekolah atau menjadi manajer bila terpilih, itu kan kewajibannya menjalankan amanah. Nah, karena yang terpilih (Piningit) itu menjalankan amanah dengan penuh kejujuran itu, sepertinya dia dalam menjalankan tugas akan mendapatkan kemudahan," uarinya.
"Tapi, yang bukan piningit, seseorang pemimpin menjadi pemimpin, mungkin dulu selalu 'loncat pagar' dan belum tentu memimpin dengan amanah akan banyak kesulitan," papar Sri Sultan.
Emoh Jadi Wapres
Secara tersirat, meski belum mau mencalonkan diri sebagai Presiden, Sri Sultan enggan bila harus menjadi calon wakil presiden. Dengan alasan, bila ada kemungkinan bisa menjadi orang nomor satu, tak harus menjadi nomor dua.
"Kenapa saya harus nomor 2? Kalau polling saya naik-naik terus, kenapa harus menjadi nomor 2, logikanya kan begitu," ujar Sri Sultan diplomatis.
Bila merujuk pada hasil polling dari dua lembaga survey, Indo Barometer dan Lembaga Survey Indonesia (LSI) terkini, Desember 2007, Sri Sultan masih berada di posisi empat, membayangi popularitas Presiden SBY, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Wiranto. (persda network/rachmad hidayat)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.