Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang Sunda Paling Suka Daun Muda

Kompas.com - 25/04/2008, 01:15 WIB

Makan bukan hanya merupakan upaya manusia untuk mempertahankan diri agar bisa hidup terus. Dengan makan, makhluk hidup apa pun, apalagi manusia, berusaha memenuhi kebutuhannya akan gizi. Tanpa makan, apalagi juga tanpa minum, kehidupannya tidak akan berlangsung lama.

Akan tetapi, makan juga menunjukkan budaya suatu bangsa atau etnis. Makanan pokok bangsa-bangsa Eropa, Amerika, dan Australia berbeda dengan makanan pokok yang dikonsumsi bangsa-bangsa di Afrika, Timur Tengah, dan Asia. Bahkan, dalam satu bangsa sekalipun bisa berbeda-beda. Dulu di bangku sekolah, anak-anak sekolah dasar mengetahui lewat buku-buku pelajaran bahwa orang Madura tidak memakan nasi sebagai makanan pokok. Mereka memakan jagung. Orang Maluku dan Papua memakan sagu.

Namun, seperti etnis lainnya di Nusantara, tradisi makan telah mengalami perubahan, terutama setelah mengalami sukses ”revolusi hijau”. Budidaya tanaman padi diperluas melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi sehingga kita mampu mencapai swasembada beras pada tahun 1984.

Tanpa disadari, keberhasilan itu disusul dengan terjadinya perubahan tradisi makan. Kini hanya sebagian kecil kelompok masyarakat yang tidak menjadikan beras sebagai bahan makanan pokok mereka. Di Tatar Sunda, tinggal masyarakat Kampung Cireundeu di Kota Cimahi yang melanjutkan tradisi leluhurnya dengan menjadikan olahan singkong sebagai bahan makanan pokok. Jumlah mereka hanya beberapa puluh keluarga.

Tradisi

Bahwa tradisi makan menunjukkan budaya masyarakatnya, tecermin dalam cara makan orang yang egaliter. Tradisi makan masyarakat Sunda yang tinggal di daerah pedesaan memperlihatkan budaya masyarakatnya yang egaliter. Bentuk rumah dan pembagian ruangannya yang sederhana tidak membutuhkan peralatan rumah tangga yang dianggap tidak perlu. Ruang tengah dijadikan ruang keluarga, sekaligus menjadi ruang makan. Ruang ini sering kali tidak dilengkapi dengan meja makan. Mereka makan dengan cara lesehan di atas sehelai tikar yang dihamparkan.

Tradisi makan sebagai budaya suatu etnis bisa juga dilihat dari rumah-rumah makan etnis di berbagai daerah. Jika kita memasuki rumah makan padang, nasi yang dihidangkan sekadarnya saja. Yang paling banyak justru lauk berbagai jenis masakan. Ada ayam pop, ayam goring, daging rendang, goreng dendeng dan limpa, masakan otak, kukus daun singkong atau pakis, dan lainnya. Kuahnya dibuat dengan santan kental. Untuk cuci mulut, disediakan buah-buahan.

Rekan J Mathias Pandoe dari Padang menceritakan, dalam kehidupan sehari-hari, orang Minang bisa menghabiskan separuh penghasilannya untuk makan. Maksudnya, makan tidak asal kenyang, tetapi—ya itu tadi—makanannya banyak mengandung gizi.

Subur

Tatar Sunda adalah daerah yang subur. Curah hujannya tinggi. Dengan demikian, seperti salah satu lagu Koes Plus dan ”Kolam Susu”, tongkat saja jika ditancapkan di daerah ini bisa jadi tanaman. Di Tatar Sunda, berbagai jenis tumbuhan bisa subur.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com