JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal Dewan Masjid Indonesia (DMI), Imam Addaruquthni mengatakan bahwa masjid bukan tempat untuk satu golongan Islam saja.
"Masjid itu memang tempat masyarakat Islam yang plural. Karena kita kan tidak menganut satu mazhab, tidak menganut satu paham tertentu, tetapi semuanya," kata Imam di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (5/5/2017).
Menurut dia, masjid adalah tempat untuk mengakomodasi banyak golongan. Karenanya sangat penting, ceramah di masjid itu membicarakan masalah yang tidak memanasi perpecahan, tapi justru sebaliknya menyatukan.
"Yang positif. Meskipun demikian aspek yang bersifat politik menurut kami di masjid juga tidak masalah dibicarakan," sebut dia.
Meski demikian, Imam memberi batasan, soal politik itu hanya yang bersifat kritik konstruktif. Lagi-lagi kata Imam, bukan yang sebaliknya yakni destruktif.
"Karena masjid itu begitu, siapapun ada di situ, baik presiden maupun wakil presiden, dan pejabat publik bisa rakyat biasa, semua juga hadir," ujar Imam.
"Jadi penggiringan opini itu enggak boleh. Kritik konstruktif boleh, asal bukan penggulingan kekuasaan, apalagi hoax. Intinya bahwa masjid bukan tempat eksklusif dan mengeluarkan kelompok berbeda dan menggiring opini," tambah dia.
Terakhir, Imam berujar, khutbah di masjid juga harus aplikatif atau bisa dipraktikkan.
"Wujudnya kembali ke masjid dan kembali ke masyarakat. Bagaimana imbang antara spiritual dan kualitas dan masalah duniawi," kata dia.
Baca juga: Mengintip Masjid Raya KH Hasyim Asyari
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.