Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pimpinan KPK Dianggap Abai Dorong Penuntasan Kasus Novel Baswedan

Kompas.com - 21/04/2017, 16:16 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK) Miko Susanto Ginting menilai, Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi tidak serius mendorong penuntasan kasus penyiraman air keras terhadap penyidik Novel Baswedan.

Hingga saat ini, menurut dia, belum terlihat upaya Pimpinan KPK agar kasus ini cepat diusut oleh pihak berwenang.

"Sikap pimpinan KPK tidak antusias untuk mengungkap kasus Novel dan penyidik KPK," ujar Miko, dalam sebuah diskusi di Jakarta, Jumat (21/4/2017).

Bahkan, Novel sempat mengutarakan rasa was-wasnya kepada Pimpinan KPK bahwa dirinya diikuti seseorang.

Novel meminta pengamanan ekstra. Namun, kata Miko, permintaan itu tak dipenuhi Pimpinan KPK.

Miko menganggap abainya sikap Pimpinan KPK itu membahayakan penyidiknya, khususnya Novel.

(Baca: Jokowi Setuju Biaya Pengobatan Novel Baswedan Ditanggung Negara)

"Pimpinan KPK lalai, pimpinan periode sebelumnya juga belum berhasil mekanisme proteksi kepada penyidik," kata Miko.

Miko menganggap kepolisian cenderung lamban dalam mengusut kasus Novel.

Menurut dia, Polri tidak bisa dijadikan satu-satunya harapan agar kasus tersebut tuntas.

Ia meminta agar Pimpinan KPK mendorong terbentuknya tim investigasi independen yang juga didukung oleh Presiden Joko Widodo.

Tim independen ini nantinya akan mencari sendiri fakta di lapangan dan menyerahkan hasil investigasi mereka ke polisi untuk ditindaklanjuti.

"Ini sebagai bentuk sikap pertanggungjawaban pimpinan bahwa apa yang terjadi pada Novel karena sistem proteksi lemah," kata Miko.

(Baca: KPK Terus Pantau Perkembangan Novel Baswedan)

Terbentuknya tim independen ini, kata Miko, sekaligus menunjukkan bahwa Pimpinan KPK serius mengungkap altor intelektual di balik teror kepada Novel.

"Karena penyerangan Novel sebagai orang yang mengangkat kasus korupsi, harusnya memang pimpinan KPK dorong pemerintah bentuk tim investigasi," kata Miko.

Kompas TV Penyerangan Novel Baswedan Terstruktur?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Prabowo Mau Bentuk 'Presidential Club', Pengamat: Kalau Diformalkan, Berapa Lagi Uang Negara Dipakai?

Prabowo Mau Bentuk "Presidential Club", Pengamat: Kalau Diformalkan, Berapa Lagi Uang Negara Dipakai?

Nasional
Hadiri MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10 di Meksiko, Puan: Kepemimpinan Perempuan adalah Kunci Kemajuan Negara

Hadiri MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10 di Meksiko, Puan: Kepemimpinan Perempuan adalah Kunci Kemajuan Negara

Nasional
Polri Usulkan Penambahan Atase Kepolisian di Beberapa Negara

Polri Usulkan Penambahan Atase Kepolisian di Beberapa Negara

Nasional
Kopasgat Kerahkan 24 Sniper dan Rudal Chiron Amankan World Water Forum di Bali

Kopasgat Kerahkan 24 Sniper dan Rudal Chiron Amankan World Water Forum di Bali

Nasional
Sentil Prabowo yang Mau Tambah Kementerian, JK: Itu Kabinet Politis, Bukan Kabinet Kerja

Sentil Prabowo yang Mau Tambah Kementerian, JK: Itu Kabinet Politis, Bukan Kabinet Kerja

Nasional
Jelang Hari Jadi Ke-731, Pemkot Surabaya Gelar Berbagai Atraksi Spektakuler

Jelang Hari Jadi Ke-731, Pemkot Surabaya Gelar Berbagai Atraksi Spektakuler

BrandzView
Resmi Ditahan, Gus Muhdlor Punya Harta Rp 4,7 Miliar

Resmi Ditahan, Gus Muhdlor Punya Harta Rp 4,7 Miliar

Nasional
KPK Sebut Gus Muhdlor Terima Uang Korupsi Lewat Sopirnya

KPK Sebut Gus Muhdlor Terima Uang Korupsi Lewat Sopirnya

Nasional
Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

Nasional
Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

Nasional
Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

Nasional
Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

Nasional
Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

Nasional
Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Nasional
JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang 'Toxic'

JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang "Toxic"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com