Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BNPT Manfaatkan Riset Kampus Antisipasi Radikalisme Pendidikan

Kompas.com - 20/04/2017, 20:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerja sama dengan sivitas Universitas Maarif Hasyim Latif (Umaha) Sidoarjo, Jawa Timur, untuk riset radikalisme di dunia pendidikan.

Riset akan difokuskan pada pendidikan tinggi.

"Ada unsur penelitian di dunia kampus. Umaha bersama beberapa universitas mengidentifikasi radikalisme di perguruan tinggi sekaligus formulanya," kata Kepala BNPT Komisaris Jenderal Suhardi Alius disela Penandatanganan Nota Kesepahaman antara BNPT-Umaha di Jakarta, Kamis (20/4/2017), seperti dikutip Antara.

Menurut dia, saat ini tidak ada lini yang benar-benar steril dari radikalisme, termasuk dunia pendidikan.

(Baca: Panglima TNI: Narkoba dan Terorisme Ancaman Negara)

Beberapa kasus membuktikan para pelaku radikal berasal dari golongan ekonomi mampu dan berpendidikan cukup, bahkan beberapa di antaranya sudah bergelar akademis doktor.

Untuk itu, Suhardi berharap riset kampus terhadap radikalisme dapat memberi sumbangsih masukan kepada BNPT mengenai tren radikalisme termasuk cara mengatasinya.

Di beberapa daerah, radikalisme memiliki karakter spesifik dan perlu diperlajari serta diantisipasi dengan cara yang spesifik dan fundamental.

Ke depannya, kata dia, kerja sama dengan dunia kampus terkait riset radikalisme supaya bisa diperluas lagi.

Artinya, jika BNPT memiliki banyak referensi riset kampus, maka dapat lebih efektif serta efisien membendung tumbuhnya radikalisme yang sudah merasuk hampir ke semua lini masyarakat.

"Kami ingin ada identifikasi. Makin banyak identifikasi maka makin kaya kita dengan data masalah apa yang terjadi, fenomenanya. Bisa saja daerah punya spesifikasi tertentu tapi di daerah lain beda lagi. Nantinya informasi itu kita kemas maka kita dapat keragaman data dan bisa diimplementasikan secara nasional," tuturnya.

Kepala BNPT mengatakan saat ini radikalisme perlu perhatian serius dari setiap unsur masyarakat.

Salah satu antisipasi yang dapat dilakukan adalah lewat pendekatan komunikasi yang baik antarindividu di tengah masyarakat. Bagi kalangan siswa dan mahasiswa, perlu perhatian sivitas akademika dan keluarga.

Dia mengatakan peranan guru, sekolah, dosen dan rektor sangat signifikan dalam mengatisipasi tumbuhnya radikalisme pelajar serta mahasiswa sejak awal di lingkungan luar rumah. Sementara di dalam rumah adalah keluarga.

(Baca: Pelibatan TNI dalam Pemberantasan Terorisme Tak Haram, tetapi...)

Maka dari itu, BNPT fokus dalam dua hal itu salah satu yang diupayakan adalah dengan memanfaatkan riset dunia pendidikan.

Rektor Umaha, Achmad Fathoni Rodli mengatakan pihaknya telah memulai riset terkait radikalisme dengan kerja sama lintas kampus. Kerja sama dengan BNPT diharapkannya bisa memberi sumbangsih pencegahan radikalisme di dunia pendidikan.

"Kami sudah memetakan beberapa daerah pinggiran. Daerah dengan basis keagamaan bisa kita pantau. Tapi di daerah yang pendidikannya nonkeagamaan justru sangat rentan terhadap radikalisme," kata Fathoni.

"Mereka tidak pernah mengaji dan mengkaji keagamaan, tapi berbagai terjemahan mereka adopsi yang bisa menyebabkan pemahaman menyimpang tentang agama."

Kompas TV Dalam seminggu terakhir, polisi jadi korban kebrutalan kelompok terorisme di sejumlah wilayah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com