Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Dinilai Belum Efektif

Kompas.com - 24/03/2017, 14:41 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia Corruption Watch (ICW) melakukan pemantauan terhadap Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam (GNPSDA) di enam provinsi, yakni Aceh, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur.

Pemantauan dilakukan bersama lembaga swadaya masyarakat di tiap provinsi. Ada tiga sektor SDA yang jadi fokus pemantauan, yakni kehutanan, perkebunan, dan pertambangan.

Komponen pemantauan dari setiap sektor mengacu pada matriks rencana aksi yang digunakan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, kementerian/lembaga, dan regulasi.

Variabel kehutanan misalnya, dipantau berdasarkan kewajiban administrasi, kewajiban keuangan, laporan perkembangan usaha, dan keterbukaan informasi.

Penilaian menggunakan sistem pembobotan, dengan skor maksimal 180 untuk kehutanan, 160 untuk perkebunan, dan 250 untuk pertambangan.

Peneliti ICW Mouna Wasef memaparkan, dari enam provinsi untuk sektor kehutanan, skor paling tinggi berada tidak jauh dari setengah skor maksimum, yakni skor 91 yang diperoleh Sumatera Barat.

Provinsi lain, berturut-turut mendapat skor 87 untuk Kalimantan Barat dan Aceh, 62 untuk Sumatera Selatan, 50 Kalimantan Timur, dan 50 untuk Riau.

Hal senada juga terjadi di sektor perkebunan. Provinsi Sumatera Barat hanya mampu mendapat skor 90, sedangkan Aceh memiliki skor 82, dan Sumatera Selatan 60.

Hal itu juga terjadi di sektor pertambangan. Dengan skor maksimum 250, Provinsi Riau hanya mampu mencapai skor 154. Diikuti Sumatera Selatan 136 dan Sumatera Barat 117.

"Pelaksanaan GNPSDA di daerah belum berjalan efektif. Belum terlihat dampaknya dalam proses mengatasi masalah di sektor SDA," kata Mouna di kawasan Cikini, Jakarta, Jumat (24/3/2017).

Menurut Mouna, Pemda tidak intensif melakukan monitoring terhadap pelaku usaha. Umumnya, kata dia, masalah anggaran dan kebingungan kewenangan menjadi salah satu penyebab.

"Pemda belum berkomitmen penuh dalam pelaksanaan amanat GNPSDA, termasuk dalam mendorong keterbukaan informasi dan partisipasi publik di masing-masing SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah)," ucap Mouna.

Untuk itu, ia meminta kepada KPK agar lebih fokus dalam investigasi dan monitoring terhadap pelaku usaha di sektor SDA, dari pencegahan ke penindakan.

Untuk diketahui, GNPSDA diinisiasi oleh KPK pada Maret 2015 lalu. Hasil temuan Tim Optimalisasi Penerimaan Negara (Tim OPN) menunjukkan adanya kurang bayar Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) oleh pelaku usaha di sektor SDA dari 2003-2011 sebesar Rp 6,7 triliun.

Kegiatan koordinasi supervisi KPK untuk sektor minerba tahun 2014, ditemukan sekitar 1,3 juta hektar izin tambang berada dalam kawasan hutan konservasi dan 4,9 juta hektar berada dalam kawasan hutan lindung.

Kompas TV Sedikitnya 20 hektar lahan di Kabupaten Rokan Hilir, Riau, terbakar. Tim Satgas gabungan telah berupaya memadamkan api, tetapi kesulitan karena jauhnya lokasi kebakaran. Kebakaran hutan dan lahan seluas 20 hektar lahan di Kabupaten Rokan Hilir, Riau, terpantau dari udara oleh Tim Satgas Udara BPBD Riau. Sejak awal Januari hingga saat ini, luas lahan yang terbakar sudah mencapai 64 hektar yang tersebar di Kabupaten Rokan Hulu, Pelalawan, Dumai, Bengkalis, Meranti, Siak, dan Kuantan Singingi. Upaya pemadaman di lokasi terpencil, dilakukan dengan pengeboman air menggunakan satu unit Heli Bell-412 milik Kementerian Kehutanan. Untuk antisipasi kebakaran pada musim kemarau mendatang, BPBD masih menunggu sejumlah heli bantuan lain dari BNPB.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com