Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Didi: SBY Diserang karena Lawan Politik Sulit Temukan Kesalahan Agus

Kompas.com - 08/02/2017, 06:46 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Didi Irawadi mengatakan bahwa fitnah dan serangan politik sejak lama telah banyak ditujukan kepada Partai Demokrat dan Ketua Umum Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Terlebih pascadicalonkannya putra sulung SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), sebagai calon gubernur DKI Jakarta.

"Fitnah sudah lama sih ya, serangan itu sudah lama. Makin menjadi belakangan ini," ujar Didi usai mengikuti rangkaian acara dies natalis ke-15 Partai Demokrat di JCC, Senayan, Jakarta, Selasa (7/2/2017).

Menurut Didi, "serangan" yang ditujukan kepada Partai Demokrat, khususnya kepada SBY, lantaran pihak lawan politik tidak menemukan celah buruk terhadap sosok AHY.

Oleh karena itu, berbagai manuver serangan ditujukan kepada orang terdekatnya, termasuk Partai Demokrat dan SBY.

"Gini ya, mencari kesalahan Agus (AHY) kan sulit. Jadi, mereka mencari hal yang enggak relevan," kata dia.

Didi berharap, aparat penegak hukum dapat menindak tegas orang yang melakukan serangan kepada Partai Demokrat dan SBY.

"Harapan kita orang yang memfitnah itu, pemerintah diindahkan. Ada cyber crime apa itu, ditindak mereka. Jangan hanya yang mengkritisi pemerintah (ditindak), tapi orang yang memfitnah pengkritisinya juga," kata dia.

Namun demikian, Didi mengaku pesimistis kalaupun "penyerangan" terhadap Partai Demokrat dan SBY itu ditangani aparat penegak hukum akan diusut hingga tuntas.

"Sejauh ini kurang tindakannya. Cyber crime police mulai tebang pilih," ujarnya.

Sebelumnya, saat menyampaikan pidato politik di acara dies natalis ke-15 Partai Demokrat, SBY sempat mengungkapkan bahwa dirinya merupakan korban fitnah di media sosial.

"Sejak Oktober 2016, kita merasakan hempasan angin dan badai terhadap SBY dan Partai Demokrat. Tiba-tiba Demokrat difitnah menggerakan aksi damai 411. Saya pun difitnah mendanai aksi itu," kata SBY.

Menurut SBY, tuduhan itu selain merendahkan Demokrat, juga menghina masyarakat yang melakukan aksi 4 November 2016 secara spontan dan ikhlas.

"Yang lebih keterlaluan lagi, muncul pemberitaan di media sosial dan diviralkan ke mana-mana, menuduh saya berada di belakang rencana pengeboman Istana Merdeka," tutur SBY.

"Tanpa beban dan jiwa kesatria, penyebar hoax itu menggunakan sarana informasi publik yang semestinya diawasi dan bukan dibiarkan oleh Pemerintah," lanjut SBY.

Ia juga mengeluhkan tuduhan terhadap dirinya yang difitnah berada di balik gerakan makar. Ia merasa difitnah seolah hendak merusak negara.

Padahal, ia mengatakan, dirinya dan Partai Demokrat tidak pernah setuju dengan adanya upaya makar terhadap Pemerintahan Jokowi-JK.

"Terus terang saya merasa terhina dan direndahkan oleh para master mind dan para pembisik tersebut," kata SBY.

Kompas TV SBY Tegaskan Demokrat Bukan Partai Kiri dan Kanan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Demokrat Tak Keberatan PKS Gabung Pemerintahan ke Depan, Serahkan Keputusan ke Prabowo

Demokrat Tak Keberatan PKS Gabung Pemerintahan ke Depan, Serahkan Keputusan ke Prabowo

Nasional
Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Nasional
Soal Kekerasan di STIP, Menko Muhadjir: Itu Tanggung Jawab Institusi

Soal Kekerasan di STIP, Menko Muhadjir: Itu Tanggung Jawab Institusi

Nasional
Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Nasional
Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Nasional
14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

Nasional
Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Nasional
Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Nasional
Mensos Risma Janjikan 3 Hal kepada Warga Kabupaten Sumba Timur

Mensos Risma Janjikan 3 Hal kepada Warga Kabupaten Sumba Timur

Nasional
SYL Renovasi Rumah Pribadi, tapi Laporannya Rumah Dinas Menteri

SYL Renovasi Rumah Pribadi, tapi Laporannya Rumah Dinas Menteri

Nasional
Jaksa KPK Sebut Nilai Total Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh Capai Rp 62,8 M

Jaksa KPK Sebut Nilai Total Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh Capai Rp 62,8 M

Nasional
Ratas Evaluasi Mudik, Jokowi Minta 'Rest Area' Diperbanyak

Ratas Evaluasi Mudik, Jokowi Minta "Rest Area" Diperbanyak

Nasional
Dugaan TPPU Hakim Gazalba Saleh: Beli Alphard, Kredit Rumah Bareng Wadir RSUD di Jakarta

Dugaan TPPU Hakim Gazalba Saleh: Beli Alphard, Kredit Rumah Bareng Wadir RSUD di Jakarta

Nasional
Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta Rupiah agar Bebas

Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta Rupiah agar Bebas

Nasional
Dalam Sidang MK, KPU Ungkap Kontak Senjata TNI-OPM Jelang Hitung Suara, Satu Warga Sipil Tewas

Dalam Sidang MK, KPU Ungkap Kontak Senjata TNI-OPM Jelang Hitung Suara, Satu Warga Sipil Tewas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com