JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto sempat mengungkapkan cerita di balik payung warna biru yang dipakai Presiden Joko Widodo saat menemui peserta aksi doa bersama pada 2 Desember 2016, di kawasan Monas, Jakarta.
Foto-foto Presiden Jokowi dengan payung biru ramai dibicarakan di media sosial.
Payung biru itu digunakan Presiden beserta rombongan yang berjalan kaki dari Istana Merdeka ke kawasan Monas.
(baca: Payung Biru Itu dan Tagar #Jokowi212 yang Merajai Mayantara)
Wiranto menuturkan, ketika Presiden memutuskan untuk datang ke Monas, cuaca saat itu sedang hujan.
Staf Istana kemudian mencari payung untuk digunakan Presiden. Namun, yang tersedia di Istana hanya payung yang semuanya berwarna biru.
Menurut Wiranto, payung tersebut adalah milik Presiden sebelumnya, Susilo Bambang Yudhoyono.
"Karena hujan, jadi buru-buru cari payung, ketemunya ya payung itu. Padahal itu payung bekas Presiden sebelumnya, Pak SBY," ujar Wiranto saat memberikan kata sambutan saat acara DKPP Outlook 2017, di Hotel Arya Duta, Jakarta Pusat, Rabu (14/12/2016).
(baca: Kisah 127 Payung di Depan Istana Merdeka)
Mendengar cerita itu, para tamu undangan tertawa dan bertepuk tangan, sementara Wiranto hanya tersenyum, menahan tawa.
Menurut Wiranto, sebenarnya ada hal yang ingin disampaikan oleh Presiden Jokowi melalui payung biru itu, yakni pesan perdamaian.
"Sebenarnya ada pesan yang bisa kita ambil dari payung warna biru itu, pesan perdamaian. Karena warna biru menyimbolkan perdamaian," kata Wiranto.
(baca: Dari Payung hingga Sandal, Apa Makna Biru bagi Jokowi?)
Selain itu, Wiranto menyebut sosok Presiden Jokowi sebagai pemimpin yang menjadi panutan.
Terbukti dari beberapa peristiwa, barang-barang yang dipakai Presiden menjadi bahan perbincangan di media sosial dan tidak sedikit masyarakat yang memilikinya agar sama dengan Presiden.
Sebelum payung biru, jaket bomber yang dipakai Presiden menjadi tren dan banyak diburu oleh masyarakat.
"Waktu itu Presiden pakai jaket merek Zara, sampai itu habis terjual semua jaket itu. Teman saya sampai harus beli di Malaysia. Artinya apa, pemimpin harus selalu menjadi orang yang diikuti, menjadi panutan," kata dia.