Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teroris "Penunggang" Aksi 4 November Terbagi Dua Kelompok

Kompas.com - 28/11/2016, 17:22 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan, sembilan anggota kelompok Abu Nusaibah yang terlibat dalam aksi 4 November 2016, punya strategi untuk menyusup di tengah peserta aksi.

Mereka membagi kelompok mereka menjadi dua tim, yakni untuk bergerak ke DPR RI dan ke Penjaringan, Jakarta Utara.

Aksi mereka bermula saat melihat adanya bentrok antara petugas dengan massa aksi demo di depan Istana Negara, Jakarta, Jumat (4/11/2016) malam.

Saat itu, unjuk rasa digelar untuk menuntut proses hukum terhadap Gubernur nonaktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang dituduh menistakan agama.

(baca: Polisi Tetapkan 14 Tersangka Kerusuhan dan Penjarahan di Penjaringan)

Abu Nisaibah selalu pimpinan kelompok memerintahkan rekannya, Wandi Sopandi untuk mengumpulkan kelompok dan membaginya menjadi dua bagian.

"Kelompok 1 dipimpin Abu Fatir untuk bergerak ke Penjaringan karena sudah terjadi rusuh di Penjaringan. Kelompok 2 dipimpin Abu Nusaibah untuk bergerak bergabung dengan massa di DPR," ujar Boy di Jakarta, Senin (28/11/2016).

Kebetulan, saat itu juga terjadi penjarahan di Penjaringan dan perlawanan terhadap aparat keamanan.

(baca: 9 Anggota ISIS Diduga Provokasi Kerusuhan Penjaringan)

Boy mengatakan, tujuan mereka, yakni berhadapan langsung dengan aparat keamanan. Mereka memanfaatkan bentrok massa dengan petugas untuk menciptakan kekacauan.

Bahkan, ada upaya untuk merebut senjata petugas keamanan.

"Mereka mencari kelengahan aparat keamanan untuk merebut senjata api atau apabila ada senjata yang jatuh segera diambil," kata Boy.

(baca: Kepala BNPT: Ada Potensi Aksi 2 Desember Disusupi Kelompok Teroris)

Berdasarkan keterangan salah satu tersangka, kelompok pertama tak bergabung dengan massa begitu tiba di Penjaringan.

Mereka langsung menyusup ke barisan di belakang polisi untuk mencari kelengahan aparat. Namun, ternyata bentrok sudah berhasil dikendalikan oleh aparat.

Halaman:


Terkini Lainnya

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com