Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aktivis HAM Pertanyakan Rekaman Percakapan Pollycarpus dan Muchdi PR soal Munir

Kompas.com - 30/10/2016, 15:06 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Komite Aksi Solidaritas untuk Munir (Kasum) yakin bahwa kepolisian dan kejaksaan memiliki bukti penting dalam kasus pembunuhan aktivis hak asasi manusia, Munir Said Thalib.

Para aktivis HAM mendesak agar bukti tersebut dapat diungkap ke publik dan menjadi novum baru untuk mengajukan peninjauan kembali kasus Munir ke Mahkamah Agung.

Aktivis Kasum, M Islah, mengatakan bahwa bukti penting itu adalah rekaman percakapan antara mantan pilot maskapai Garuda Indonesia, Pollycarpus Budihari Priyanto, dan mantan Deputi V Badan Intelijen Negara, Muchdi PR.

"Rekaman suara ini adalah pembicaraan dari 41 hubungan telepon antara Pollycarpus dengan Muchdi PR yang menjadi temuan Ketua Tim (Penyelidikan Kasus) Munir saat itu sepulang dari Seatle, Komjen Pol Bambang Hendarso Danuri, dan diakui oleh pihak Kejaksaan Agung," kata Islah di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Minggu (30/10/2016). 

Aktivis lainnya, Choirul Anam, mengatakan bahwa sebelum kasus pembunuhan Munir masuk ke persidangan, ia bertemu dengan Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejagung Jasman Panjaitan dan Direktur Prapenuntutan pada Jaksa Agung Muda Pidana Umum Kejagung, Suroso.

Menurut Choirul, keduanya saat itu mengaku ada rekaman percakapan antara Muchdi dan Pollycarpus. Pengakuan serupa awalnya juga diungkapkan Bambang Hendarso Danuri.

"Isinya pendek-pendek, 'Siap, laksanakan.' Kami tanyakan apakah (rekaman) itu juga akan dilampirkan, Senin-nya kasus Muchdi berjalan di persidangan, tidak ada satu pun bukti rekaman tersebut," kata dia.

Choirul mempertanyakan keberadaan rekaman itu, apakah hilang atau disembunyikan. Ia yakin bahwa rekaman itu ada di kepolisian dan di kejaksaan.

Choirul mengaku telah mengonfirmasi keberadaan rekaman percakapan yang tidak disebutkan di dalam persidangan kepada Jaksa Agung Muda Pidana Umum saat itu, Abdul Haris Ritonga.

Namun, Haris menyatakan bahwa rekaman itu tidak ada.

"Yang ada katanya hanya call data recorder (CDR)," ujarnya.

Choirul meragukan pernyataan Haris sebab sejumlah orang sebelumnya telah mengonfirmasi keberadaan rekaman itu.

Menurut dia, jika rekaman percakapan itu dibuka ke publik maka dapat menjadi bukti baru atau novum untuk mengajukan peninjauan kembali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polri Usulkan Penambahan Atase Kepolisian di Beberapa Negara

Polri Usulkan Penambahan Atase Kepolisian di Beberapa Negara

Nasional
Kopasgat Kerahkan 24 Sniper dan Rudal Chiron Amankan World Water Forum di Bali

Kopasgat Kerahkan 24 Sniper dan Rudal Chiron Amankan World Water Forum di Bali

Nasional
Sentil Prabowo yang Mau Tambah Kementerian, JK: Itu Kabinet Politis, Bukan Kabinet Kerja

Sentil Prabowo yang Mau Tambah Kementerian, JK: Itu Kabinet Politis, Bukan Kabinet Kerja

Nasional
Jelang Hari Jadi Ke-731, Pemkot Surabaya Gelar Berbagai Atraksi Spektakuler

Jelang Hari Jadi Ke-731, Pemkot Surabaya Gelar Berbagai Atraksi Spektakuler

BrandzView
Resmi Ditahan, Gus Muhdlor Punya Harta Rp 4,7 Miliar

Resmi Ditahan, Gus Muhdlor Punya Harta Rp 4,7 Miliar

Nasional
KPK Sebut Gus Muhdlor Terima Uang Korupsi Lewat Sopirnya

KPK Sebut Gus Muhdlor Terima Uang Korupsi Lewat Sopirnya

Nasional
Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

Nasional
Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

Nasional
Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

Nasional
Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

Nasional
Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

Nasional
Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Nasional
JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang 'Toxic'

JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang "Toxic"

Nasional
Tanggapi Luhut soal Orang 'Toxic', Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Tanggapi Luhut soal Orang "Toxic", Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Nasional
Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com