JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) belum bisa memprediksi apakah penyebaran asap dari kebakaran hutan dan lahan akan sampai ke negara tetangga, seperti Malaysia atau Singapura.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan bahwa permasalahan asap itu terkait dengan arah angin yang berhembus.
"Apakah akan menyebar ke negara tetangga lagi, tergantung anginnya," ujar Sutopo di kantor BNPB, Jakarta Timur, Senin (29/8/2016).
Sutopo mencontohkan, misalkan di Filpina atau Jepang sedang terjadi siklon tropis atau angin yang kekuatannya cukup besar, maka, asap kebakaran hutan yang ada di Riau bisa ditarik ke arah siklon tersebut.
Asap pun akan melintasi negara tetangga seperti Singapura atau Malaysia.
"Jadi kalau melihat mengapa angin dari Riau, (arahnya) dari barat menuju ke timur, akhirnya sampai melewati Singapura karena ada siklon tropis, di utara Filipina dan satu lagi di Jepang," ucapnya.
(Baca: Kabut Asap dari Indonesia Kembali "Serang" Singapura)
Ia menambahkan, perihal siklon ini tidak bisa diprediksi. Karena itu, sulit untuk memprediksi apakah Singapura dan Malaysia akan terkena dampak jika kebakaran hutan kembali meluas.
"Siklon tidak bisa diprediksi, kami tidak bisa memprediksikan siklon tropis," kata dia.
(Baca juga: Wapres Kalla: Selama Kebakaran Banyak Asap, Pasti Sampai Singapura)
Namun, Sutopo memastikan bahwa kebakaran hutan dan lahan yang terjadi pada 2016 tidak akan sebesar tahun sebelumnya. Sehingga, sangat kecil kemungkinan jika negara tetangga ikut terkena dampaknya.
Ia mengatakan, setidaknya telah terjadi penurunan sebesar 61 persen pada 2016 jika dibandingkan kebakaran hutan dan lahan pada tahun sebelumnya.
Berdasarkan data BNPB, sejak 1 Januari hingga 29 Agustus 2015 tercatat ada 32.734 titik api (hot spot). Sementara pada 2016 tercatat hanya 12.884 titik api.
"Jadi, kami, kalau ada hotspot (titik api) kini minimalkan. Kebakaran tidak akan meluas seperti 2015," ujarnya.