Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi: Indonesia Juga Bisa Bikin "Tax Haven", Kita Punya Banyak Pulau

Kompas.com - 10/08/2016, 08:19 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com — Presiden Joko Widodo mengatakan, potensi Indonesia untuk menjadi negara yang memiliki suaka pajak atau tax haven bisa saja terjadi.

Potensi itu bisa dikembangkan nyata dengan menyiapkan satu pulau khusus untuk suaka pajak itu.

"Kita juga (bisa) membuat tax haven. Kenapa kita tidak bisa membuat? Kita punya banyak pulau, kalau punya buat satu pulau khusus tax haven misalnya," kata Jokowi di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (9/8/2016) malam.

Namun, untuk membuat satu pulau untuk suaka pajak, itu masih perlu dikaji semua prosesnya.

Menurut Jokowi, potensi menjadikan pulau tax haven bisa saja dilakukan dalam rangka berkompetisi dengan negara lain. Ini dilakukan agar Indonesia tidak tertinggal dari negara lain.

"Ini baru dalam proses semuanya. Ini baru mencari masukan banyak apa yang diputuskan, apa yang dilakukan," ucap Presiden.

Kepala Negara menyatakan bahwa setelah UU Amnesti Pajak disahkan, itu akan dilanjutkan dengan pembahasan tiga rancangan undang-undang lain.

Adapun tiga RUU itu adalah UU Pajak Pertambahan Nilai (PPN), UU PPh Khusus Badan, serta UU KUP. (Baca: Setelah "Tax Amnesty", Pemerintah Siapkan RUU Terkait Sejumlah Jenis Pajak)

Pembuatan tiga aturan lain didasarkan atas kecilnya PPh Badan di negara lain. Di Indonesia, PPH Badan masih 25 persen, sementara Singapura sudah 17 persen.

"Kenapa kita tidak 17 persen? Kita ini mau bersaing, gimana mau bersaing di sana 17 persen, sini 25 persen, ya ke sana semua. Logika sederhana. Tapi, baru dikalkulasi semua, kalau negara lain bisa, kita harus bisa," ujar Jokowi.

"Tahapannya mungkin dari 25 persen, 20 persen, baru 17 persen. Kalau kalkulasinya masuk dari 25 persen ke 17 persen, semuanya baru dihitung," kata mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Selasa malam, Presiden Jokowi melakukan sosialisasi amnesti pajak di depan 2.500 pengusaha wajib pajak.

Sosialisasi dipimpin langusng oleh Presiden, lalu diikuti penjelasan dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Ketua Otoritas Jasa Keuangan Muliawan D Hadad, dan Menteri BUMN Rini Soemarno. 

Kompas TV Presiden Imbau Wajib Pajak Manfaatkan Pengampunan Pajak
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Nasional
Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, 'Push Up'

Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, "Push Up"

Nasional
KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

Nasional
Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Nasional
Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Nasional
KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Nasional
Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Nasional
Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Nasional
Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Nasional
Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com