Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fraksi-fraksi di DPR Belum Satu Suara

Kompas.com - 08/08/2016, 22:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Rencana pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat membahas Rancangan Undang-Undang tentang Keamanan Nasional tahun ini tidak satu suara dengan fraksi-fraksi di DPR. Mayoritas fraksi meminta wacana itu dikaji terlebih dahulu dengan matang. Penyusunan naskah akademik dan draf RUU Keamanan Nasional di DPR dikhawatirkan akan bernuansa politis.

Sejumlah fraksi di DPR juga menilai, RUU Keamanan Nasional belum terlalu mendesak untuk dibahas tahun ini. Wakil Ketua Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) DPR Desmond J Mahesa saat dihubungi, di Jakarta, Minggu (7/8/2016), mempertanyakan keinginan pimpinan DPR untuk kembali membahas RUU Kamnas. ”Ada kepentingan apa hingga pimpinan DPR berinisiatif mau membahas dan mengambil alih penyusunan RUU ini? Ada lobi-lobi seperti apa?” kata Desmond.

Desmond mengatakan, alih- alih membahas RUU Kamnas, DPR seharusnya fokus menyelesaikan tumpukan utang legislasi yang mendesak dirampungkan. Jika diperlukan sebuah produk legislasi untuk mengatur tentang sejumlah institusi di bidang penegak hukum, solusinya bukan melalui RUU Kamnas.

”Justru lebih mendesak RUU Peradilan Militer. Sebab, dengan aturan yang selama ini tidak jelas, TNI justru tidak tersentuh pengawasan dan penindakan KPK. Padahal, banyak pelanggaran dilakukan oleh oknum TNI, termasuk korupsi, tetapi selalu luput,” kata Desmond.

Sebelumnya, Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Hanura juga mengingatkan perlunya kehati-hatian dan kajian mendalam sebelum menindaklanjuti wacana pembahasan RUU Kamnas.

Rencana membahas kembali RUU Kamnas dalam Program Legislasi Nasional Prioritas 2016 mencuat seusai pertemuan pimpinan DPR dengan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertahanan, akhir Juli lalu. Saat itu, kedua pihak membicarakan harus ada payung hukum untuk mengatur secara tegas pembagian kewenangan dan tugas setiap institusi bidang pertahanan dan keamanan.

Pemerintah sudah berkali-kali mengajukan draf RUU Kamnas ke DPR sejak 2006. Namun, RUU Kamnas tak kunjung selesai setelah muncul penolakan dari sejumlah pihak karena isinya dinilai bertentangan dengan semangat reformasi dan mengancam supremasi sipil serta demokrasi.

Tumpang Tindih

Pimpinan Fraksi Partai Hanura DPR Sarifuddin Sudding menilai, substansi RUU Kamnas yang sensitif dan menyangkut kepentingan banyak pihak akan membuat pembahasannya sarat kepentingan politik. ”DPR adalah lembaga politik. Akan ada banyak pihak yang bermain dalam penyusunan draf RUU Kamnas jika menjadi inisiatif DPR. Kita perlu berhati-hati,” kata Sudding.

RUU Kamnas berpotensi memicu tumpang tindih kewenangan antar-institusi pertahanan dan keamanan. Khususnya, antara Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Sebelumnya, Ketua DPR Ade Komarudin menjamin, RUU Kamnas yang disusun DPR tidak akan represif seperti draf versi pemerintah periode lalu (Kompas, 6/8). Adapun Wakil Ketua DPR Fadli Zon mengatakan, di tingkat pimpinan DPR, wacana membahas kembali RUU Kamnas sebenarnya belum dikomunikasikan. Hal ini baru akan dibicarakan lintas pimpinan DPR dan fraksi-fraksi pertengahan Agustus, seusai reses.

 

Versi cetak artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 8 Agustus 2016, di halaman 2 dengan judul ""Fraksi-fraksi di DPR Belum Satu Suara.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Budiman Sudjatmiko Pastikan Tak Ada “Deadlock” Pertemuan Prabowo dan Megawati

Budiman Sudjatmiko Pastikan Tak Ada “Deadlock” Pertemuan Prabowo dan Megawati

Nasional
Kode PAN soal Jatah Menteri ke Prabowo, Pengamat: Sangat Mungkin Dapat Lebih

Kode PAN soal Jatah Menteri ke Prabowo, Pengamat: Sangat Mungkin Dapat Lebih

Nasional
Pengamat Usul Anggota BPK Diseleksi Panitia Independen Agar Tak Dimanfaatkan Parpol

Pengamat Usul Anggota BPK Diseleksi Panitia Independen Agar Tak Dimanfaatkan Parpol

Nasional
KPU Tak Masalah Caleg Terpilih Dilantik Belakangan Usai Kalah Pilkada

KPU Tak Masalah Caleg Terpilih Dilantik Belakangan Usai Kalah Pilkada

Nasional
Zulhas: Katanya PAN Cuma Bisa Joget-joget, Eh Capres yang Menang Bisa Joget

Zulhas: Katanya PAN Cuma Bisa Joget-joget, Eh Capres yang Menang Bisa Joget

Nasional
Prabowo Bilang Ada Partai Klaim Sosok Bung Karno, Budiman Sudjatmiko: Bukan Diskreditkan PDI-P

Prabowo Bilang Ada Partai Klaim Sosok Bung Karno, Budiman Sudjatmiko: Bukan Diskreditkan PDI-P

Nasional
Ketua KPU: Caleg Terpilih Tak Perlu Mundur jika Maju Pilkada 2024

Ketua KPU: Caleg Terpilih Tak Perlu Mundur jika Maju Pilkada 2024

Nasional
Zulhas dan Elite PAN Temui Jokowi di Istana, Mengaku Tak Bahas Kursi Kabinet

Zulhas dan Elite PAN Temui Jokowi di Istana, Mengaku Tak Bahas Kursi Kabinet

Nasional
Demokrat Tak Khawatir Jatah Kursi Menteri, Sebut Prabowo Kerap Diskusi dengan SBY

Demokrat Tak Khawatir Jatah Kursi Menteri, Sebut Prabowo Kerap Diskusi dengan SBY

Nasional
PAN Lempar Kode soal Jatah Menteri, Demokrat: Prabowo yang Punya Hak Prerogatif

PAN Lempar Kode soal Jatah Menteri, Demokrat: Prabowo yang Punya Hak Prerogatif

Nasional
Zulhas Bawa 38 DPW PAN Temui Jokowi: Orang Daerah Belum Pernah ke Istana, Pengen Foto

Zulhas Bawa 38 DPW PAN Temui Jokowi: Orang Daerah Belum Pernah ke Istana, Pengen Foto

Nasional
Golkar, PAN dan Demokrat Sepakat Koalisi di Pilkada Kabupaten Bogor

Golkar, PAN dan Demokrat Sepakat Koalisi di Pilkada Kabupaten Bogor

Nasional
Ajakan Kerja Sama Prabowo Disebut Buat Membangun Kesepahaman

Ajakan Kerja Sama Prabowo Disebut Buat Membangun Kesepahaman

Nasional
Kubu Prabowo Ungkap Dirangkul Tak Berarti Masuk Kabinet

Kubu Prabowo Ungkap Dirangkul Tak Berarti Masuk Kabinet

Nasional
Pusat Penerbangan TNI AL Akan Pindahkan 6 Pesawat ke Tanjung Pinang, Termasuk Heli Anti-kapal Selam

Pusat Penerbangan TNI AL Akan Pindahkan 6 Pesawat ke Tanjung Pinang, Termasuk Heli Anti-kapal Selam

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com