BOGOR, KOMPAS.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal (Pol) Suhardi Alius mengatakan, upaya deradikalisasi tak bisa dilakukan oleh satu pihak saja.
Apalagi, menurut dia, saat ini paham radikalisme justru beredar luas di media sosial dan bahkan di beberapa buku pelajaran agama.
"Menyikapi peredaran paham radikalisme yang masif di media sosial dan bahkan mulai merambah di dunia pendidikan maka BNPT mutlak harus melibatkan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)," ujar Suhardi, di Rancamaya, Bogor, Selasa (2/8/2016).
Dia mengatakan, nantinya Menkominfo harus menertibkan situs yang menggiring opini ke masyarakat untuk bertindak radikal.
"Jadi pekerjaan rumah Menkominfo saat ini bukan menutup situs pornografi saja tetapi juga situs yang mengajarkan seseorang untuk melakukan tindakan terorisme," ucap Suhardi.
"Apalagi sekarang generasi muda bisa bebas mengakses dunia maya," tuturnya.
Sedangkan dengan Kemendikbud, BNPT akan berupaya menghentikan perederan buku pelajaran agama yang mengajarkan siswa untuk bertindak radikal.
Menurut Suhardi, beberapa tahun terakhir kerap muncul buku pelajaran agama yang mengajarkan siswa untuk bertindak radikal.
Selain itu Suhardi pun mengatakan, saat ini di beberapa sekolah terdapat siswa yang juga memiliki pola pikir radikal. Pernyataan ini merujuk hasil survei Setara Institute yang dilakukan di 114 sekolah di Jakarta dan Bandung pada 2015.
Dari survei tersebut sebanyak 16,9 persen responden menilai anggota Negara Islam Irak dan Suriah yang dikenal dengan sebutan ISIS dianggap sebagai para pejuang agama.
"Makanya, berkaca dari realitas dunia maya dan dunia pendidikan yang ternyata menjadi celah penyebaran paham radikal, kemitraan antara BNPT dan Kemenkominfo serta Kemendikbud harus segera dibangun untuk upaya deradikalisasi," ujar Suhardi.
"Terlebih saat ini target rekrutmen radikalisme sebagian besar berada di usia muda, khususnya SMA karena rentang usia tersebut merupakan momen pencarian jati diri," lanjut dia.