JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian akan terus berupaya meningkatkan aktivitas intelijen demi mencegah ISIS beraksi di Indonesia. Namun, di tengah upaya peningkatan itu, Tito mengatakan aparat tetap bisa 'kecolongan'.
"Sejago-jagonya intelijen, tetap ada potensi lolos. Lihat Amerika bisa kebobolan peristiwa 9/11. Prancis bobol, London bobol. Kemungkinan itu bisa terjadi (di Indonesia)," ujar Tito di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Rabu (13/7/2016).
Apalagi, lanjut dia, aksi ISIS di Indonesia bukan lagi orang per orang, melainkan sudah membentuk jaringan yang terstruktur dan mapan. Selama ISIS masih bercokol di Timur Tengah pun, kelompok pendukungnya di Indonesia akan tetap berupaya melakukan teror.
"Sepanjang ISIS masih eksis di Timteng, lalu konflik ada, kita akan tetap menerima tumpahan-tumpahannya," ujar Tito.
(Baca: Purna Tugas, Badrodin Titip Pesan untuk Terus Kejar Kelompok Teroris Santoso)
Perwira Polri angkatan 1987 itu mengatakan, telah merancang satu strategi untuk terus menekan pergerakan ISIS di tanah air. Selain dengan tindakan represif, juga memperkuat kerja sama dengan negara lain.
"Kami akan tekan sedemikian rupa jaringannya di Indonesia. Dan di region Asia, kami akan bekerja sama dengan negara lain," ujar Tito.
(Baca: Sutiyoso Sebut ISIS Ganti Strategi Setelah Alami Sejumlah Kekalahan)
Namun, sekali lagi ia mengingatkan bahwa Indonesia juga akan terus mendorong penyelesaian konflik di Timur Tengah yang merupakan inti dari persoalan yang ada.
Sebelumnya, Tito Karnavian resmi menjabat Kepala Polri menggantikan Jenderal Badrodin Haiti yang memasuki masa pensiun setelah dilantik Presiden Joko Widodo.
Pangkat Tito juga langsung dinaikkan satu tingkat menjadi jenderal polisi. Prosesi pelantikan itu dilaksanakan di Istana Negara, Jakarta, Rabu pukul 14.00 WIB.