JAKARTA, KOMPAS.com - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyayangkan terjadinya serangkaian peristiwa ledakan bom menjelang perayaan hari raya Idul fitri yang terjadi di Madinah, Arab Saudi dan di Mapolresta Solo.
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj mengatakan bahwa warga NU mengutuk segala tindak kekerasan dan terorisme yang mengatasnamakan Islam.
"Islam mengutuk kekerasan. Umat Islam umumnya ikut merasakan kepedihan yang sangat luar biasa atas kejadian bom bunuh diri di Madinah dan di Solo," ujar Said melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (5/7/2016).
Said menuturkan, segala bentuk tindakan kekerasan yang mengatasnamakan dakwah dengan cara kekerasan bukan ciri Islam yang rahmatan lil 'alamin (rahmat bagi semesta alam).
Bahkan tidak ada satu pun agama dan ideologi di dunia ini yang membenarkan cara-cara kekerasan dalam kehidupan.
Menurut Said Aqil, segala hal yang mengandung kekerasan sesungguhnya bertentangan dengan ajaran Islam dan bahkan bertentangan dengan ajaran agama apa pun.
Islam, kata Said, mengajarkan nilai-nilai kesantunan dalam berdakwah. Sebagaimana disebutkan dalam Alquran.
"Dalam Alquran surat An-Nahl ayat 125 disebutkan, 'Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan Hikmah (bijaksana) dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik," ucapnya.
Oleh sebab itu Said mengajak seluruh umat sedunia untuk terus menggalang solidaritas kemanusiaan sekaligus menolak segala bentuk kekerasan atas nama agama.
Selain itu dia pun meminta seluruh pemimpin negara-negara Islam dan para ulama sedunia untuk pro-aktif melawan gerakan-gerakan radikalisme dan terorisme yang sangat nyata.
"Gerakan radikalisme sudah sedemikian merajalelanya. Diperlukan penanganan khusus yang intensif dari berbagai pihak, utamanya ulama dan pemimpin dunia untuk bersatu padu melawan gerakan radikalisme," kata Said.