Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalla: Padahal Kita Lebih Dulu Terbangkan Satelit daripada Negara ASEAN Lain

Kompas.com - 22/06/2016, 15:31 WIB
Dani Prabowo

Penulis

BOGOR, KOMPAS.com – Wakil Presiden Jusuf Kalla mendorong agar para peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) lebih produktif dalam mengembangkan teknologi.

Meskipun, saat ini LAPAN selama ini selalu terkendala masalah anggaran ketika ingin mengembangkan teknologi tersebut.

"Di sini ada seribu lebih staf dan 500 scientist. Bagaimana scientist ini betul-betul produktif," kata Kalla usai menyaksikan peluncuran satelit LAPAN-A3/LAPAN-IPB di Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN, Rumpin, Bogor, Jawa Barat, Rabu (22/6/2016).

Kalla lantas membandingkan perkembangan teknologi yang dialami India dengan Indonesia selama beberapa waktu terakhir.

Jika dibandingkan dengan India, Indonesia justru menjadi negara pertama yang memiliki satelit sendiri, yaitu Satelit Palapa yang diterbangkan tahun 1976.

"Sekarang, kita minta tolong dia (India) untuk menerbangkan satelit kita. Padahal dulu kita lebih duluan punya satelit daripada negara-negara ASEAN," ujarnya.

Satelit LAPAN-A3 merupakan satelit generasi ketiga yang dikembangkan LAPAN bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor.

Satelit tersebut diluncurkan dengan menumpang roket PSLV-C34 milik India, yang membawa misi utama yakni meluncurkan satelit Cartosat dan dua satelit buatan perguruan tinggi India, Swayam dan Sathyabamasat.

Selain Indonesia, Amerika Serikat, Jerman, dan Kanada juga turut menumpangkan satelit mereka di dalam peluncuran itu. Total, ada 20 satelit yang diluncurkan pada peluncuran hari ini.

Kalla menambahkan, Lapan seharusnya dapat melakukan riset secara terfokus untuk mengembangkan teknologi yang ada, seperti satelit dan drone.

Dalam upaya tersebut, Lapan juga bisa menggandeng instansi lain, seperti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

"Jangan ada (drone) di sini (Lapan), di BPPT, di LIPI. Tapi disatukan, di mana yang potensi yang kuat. Kemudian penggunaannya harus dengan kerja sama," ujarnya.

Kompas TV BRI Tunda Peluncuran Satelit Brisat
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com