JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto dan tim formatur diingatkan untuk berhati-hati dalam menyusun kepengurusan Partai Golkar. Kepengurusan mendatang haruslah mencerminkan kepengurusan yang rekonsiliatif.
"Sosok itu harus mempunyai kapasitas yang cukup untuk menggerakkan partai, yang rekonsiliatif dan memperlihatkan trust," kata politisi Golkar Ahmadi Noor Supit saat dihubugi, Selasa (24/5/2016).
Mantan loyalis Ade Komarudin saat Munaslub itu mengatakan, kepengurusan rekonsiliatif haruslah mengakomodasi semua pihak yang selama ini berkonflik. Termasuk, tim sukses dan kandidat ketua umum yang gagal saat pemilihan.
(Baca: Idrus dan Nurdin Halid Dijadikan Pengurus Inti, Novanto Dituding sebagai "Boneka" Aburizal)
"Ini hak formatur. Yang jelas yang terbaik lah yang bisa memberi sinyal adanya mempersatukan kembali yang selama ini pecah," ujarnya.
Sejauh ini, sudah lima posisi strategis di struktur Partai Golkar yang telah terisi. Selain Ketua Umum yang dijabat Novanto, jabatan lain adalah Ketua Dewan Pembina Aburizal Bakrie, Ketua Harian Nurdin Halid, Sekretaris Jenderal Idrus Marham dan Bendahara Umum Robert Joppy Kardinal.
(baca: Ditolak, Jabatan Nurdin Halid, Idrus Marham, dan Joppy Kardinap di Golkar)
Supit menegaskan, jabatan Nurdin, Idrus dan Robert tersebut masih dapat diganti. Pasalnya, dalam Munaslub, keputusan yang disepakati hanyalah jabatan ketua umum dan dewan pembina.
"Kita serahkan itu ke formatur," ujarnya.
Formatur Partai Golkar terus bekerja untuk menyusun kepengurusan baru partai berlambang pohon beringin itu. Formatur beranggotakan sembilan orang yang dipimpin Setya Novanto sebagai Ketua Umum Partai Golkar.
Formatur beranggotakan dua unsur pimpinan DPD I dari wilayah barat, dua pimpinan DPD I dari wilayah tengah, dua pimpinan DPD I dari wilayah timur, satu pimpinan ormas, dan satu perempuan.