NUSA DUA, KOMPAS.com - Bakal calon ketua umum Partai Golkar, Setya Novanto merasa dirugikan dengan kabar yang menganggap bahwa dirinya tidak mendukung pemilihan ketua umum dengan mekanisme tertutup.
Hal itu menyusul adanya pernyataan sikap dari tujuh bakal calon ketua umum yang menolak wacana voting secara terbuka.
(baca: 7 Calon Ketum Golkar Anggap "Voting" Terbuka Rawan Intimidasi)
Wacana tersebut sebelumnya menjadi perdebatan saat rapat Steering Committee Munaslub, Sabtu (14/5/2016). Hingga kini, belum diputuskan apakah pemilihan akan dilangsungkan secara terbuka atau tertutup.
"Belum pernah kami membuat statemen secara terbuka terkait mekanisme pemilihan. Media semua bermain dalam persepsi yang dibangun dan berkumpul. Ini penggiringan opini yang merugikan kami," kata anggota tim sukses Novanto, Nurul Arifin, saat menyampaikan keterangan di Bali Nusa Dua Convention Center, Minggu (15/5/2016).
Menurut dia, hingga kini Novanto belum pernah diajak berbicara oleh tujuh bakal calon ketua umum lain terkait mekanisme pemilihan.
(baca: Video Setya Novanto Tertidur Saat Mengheningkan Cipta Beredar di Medsos)
Ia menegaskan, bahwa Novanto akan mematuhi apapun keputusan yang diambil di dalam sidang paripurna yang akan memutuskan soal Tata Tertib pemilihan.
"Pak Setya Novanto siap melakukan pemilihan dengan sistem apapun," tegasnya.
Tujuh dari delapan bakal calon ketua umum Partai Golkar sebelumnya menggelar jumpa pers bersama untuk menolak mekanisme voting terbuka di Munaslub Golkar.
(baca: Tanpa Novanto, 7 Calon Ketum Golkar Bersatu Tolak "Voting" Terbuka)
Hadir Ade Komarudin, Airlangga Hartarto, Azis Syamsuddin, Priyo Budi Santoso, Mahyudin, dan Syahrul Yasin Limpo.
Indra Bambang Utoyo juga disebut mendukung jumpa pers ini, tetapi berhalangan hadir.