Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerja Bersama Bebaskan Sandera

Kompas.com - 04/05/2016, 05:17 WIB

oleh Iwan Santosa dari Filipina

"Saya ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak, seluruh anak bangsa yang telah membantu upaya pembebasan ini, baik yang formal maupun yang informal." Demikian disampaikan Presiden Joko Widodo terkait pembebasan 10 warga negara Indonesia yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina.

Pernyataan Presiden di Istana Bogor, Jawa Barat, pada Minggu malam lalu, tidaklah tiba-tiba. Upaya pembebasan 14 warga negara Indonesia anak buah kapal kapal tunda Brahma 12 memang melibatkan banyak sekali pihak.

Setelah disandera di Perairan Sulu, Filipina, 26 Maret lalu, tim perunding pihak perusahaan yang dibantu Kementerian Luar Negeri RI dan Badan Intelijen Strategis TNI segera berusaha membuat kontak dengan penyandera.

Tim ini mendapatkan bantuan berbagai pihak, termasuk dari Filipina, yang dimotori seorang keponakan pengusaha besar negara tersebut.

Dalam situasi ini, Kemenlu aktif memetakan situasi lapangan di Filipina hingga menyusuri pantai timur Sabah untuk mencari data jaringan kelompok Abu Sayyaf.

Alami kesulitan

Menjelang pekan terakhir April 2016, sudah mulai dijalin rencana pembebasan dan penjemputan sandera. Namun, berulang kali tim gabungan mengalami kesulitan. Pasalnya, seiring pembunuhan sandera Abu Sayyaf, Pemerintah Filipina terpaksa mengambil tindakan militer.

Itu menyulitkan pembebasan sandera dan juga komunikasi. Sebab, dalam rangkaian operasi militer, sering kali sinyal telepon seluler di Kepulauan Sulu untuk sementara dikacaukan.

Dalam komunikasi yang serba sulit itu, pihak Palang Merah Internasional (ICRC) juga dilibatkan. Namun, kelompok Abu Sayyaf marah setelah ICRC memublikasikan pemenggalan warga negara Kanada, John Ridsel, sehingga rencana pembebasan WNI dibatalkan penyandera.

Dalam kondisi ini, tim gabungan perunding sabar menunggu. Mereka bergantian beristirahat di beberapa rumah aman di Kota Zamboanga untuk mengantisipasi perkembangan situasi.

Selain tim gabungan, dalam upaya pembebasan ini juga ada Tim Aju yang terdiri dari beberapa orang di bawah koordinasi seorang tokoh dari Jakarta yang memulai tugasnya sejak kembali dari luar negeri. Dalam upaya menyelamatkan WNI, juga ada tim kemanusiaan yang dipimpin politisi Victor B Laiskodat.

Dengan berbagai upaya, 10 sandera akhirnya dapat dibebaskan. Namun, tugas belum usai. Kini, masih tersisa empat WNI awak kapal tunda Henry yang masih disandera faksi lain kelompok Abu Sayyaf.

(Suhartono)

------

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 3 Mei 2016, di halaman 1 dengan judul "Kerja Bersama Bebaskan Sandera".

* ICRC memberi klarifikasi terkait pemberitaan ini. Klarifikasi bisa dibaca di tautan ini: (Baca: Klarifikasi ICRC Terkait Upaya Pembebasan Sandera Abu Sayyaf)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Nasional
Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Nasional
Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Nasional
Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

Nasional
Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Nasional
Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Nasional
Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com