Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Diminta Terbuka soal Penyelesaian Utang Debitor BLBI

Kompas.com - 01/05/2016, 17:05 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia Corruption Watch meminta pemerintah terbuka dengan perkembangan pengembalian utang para debitor Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).

Koordinator Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan ICW Emerson Yuntho mengatakan, selama ini publik tidak mengetahui siapa saja obligor yang telah menyelesaikan kewajibannya, dan siapa yang harus dipidana karena tidak menuntaskannya.

"Presiden (Joko Widodo) harus meminta Menteri Keuangan (Bambang PS Brodjonegoro) untuk mengumunkan kepada publik mengenai laporan perkembangan penyelesaian utang-utang para debitor BLBI," kata Emerson di sekretariat ICW, Jakarta, Minggu (1/5/2016).

"Debitor yang tidak kooperatif harus diserahkan kepada penegak hukum agar diproses secara hukum," lanjut dia.

Sejak terbitnya Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2003, kata dia, pemerintah tidak secara terbuka mengumumkan siapa debitor yang sudah melunasi utangnya. (baca: Jokowi Didesak Batalkan Inpres Zaman Megawati Terkait BLBI)

Terlebih lagi, ada rekomendasi untuk diselesaikan oleh Kementerian Keuangan, alih-alih diproses hukum.

Selain itu, Jokowi juga diminta mendorong Kejaksaan untuk melaporkan upaya penyelesaian perkara, termasuk lelang aset milik koruptor kasus BLBI. (baca: Jaksa Agung: Samadikun Miliki Aset di China dan Vietnam)

"Perkembangan penyelesaian utang dan aset, termasuk lelang harus dijelaskan ke publik," kata Emerson.

Emerson mengatakan, penanganan BLBI berlarut dan tertunda tanpa alasan yang jelas. Dari puluhan tersangka, baru 16 orang di antaranya yang diproses di pengadilan.

Itupun tidak jelas mengenai pengembalian asetnya dan berapa banyak yang dikembalikan ke kas negara.

"Agar persoalan aset juga selesai, maka RUU perampasan aset perlu jadi prioritas untuk diselesaikan," kata Emerson.

Kompas TV DPR Minta Pemerintah Telusuri Aset Koruptor
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com