Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Narkoba Masuk Pesantren, Kemenag Sebut Pengawasan Harus Diperketat

Kompas.com - 24/03/2016, 18:32 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI, Machasin menuturkan, perlu ada pengawasan yang lebih ketat agar penyebaran narkoba tak semakin masif. 

Menurut Machasin, fenomena tersebut disebabkan pengawasan pesantren yang cenderung mengendur.

"Meskipun di pesantren-pesantren yang ketat (pengawaasannya) tidak terjadi semacam itu (narkoba)," kata Machasin di Jakarta, Kamis (24/3/2016).

"Maka, harus mulai dari itu. Pengawasan yang ketat kepada santri-santri oleh internal pesantren sendiri," ujarnya.

Selain itu, Machasin berpendapat, saat ini penyebaran narkoba telah terorganisasi baik dan secara masif. Karena itu harus pula dipotong dari sisi penyebarannya.

Menurut dia, harus ada pengawasan dua jalur, yaitu dari pihak pemakai dan pengedar.

"Nah, saya kira pemerintah wajib mengatasi peredarannya yang ketat," kata Machasin.

Machasin menambahkan, isu narkoba masuk pesantren sebetulnya bukan hal baru.

Ia mengaku telah mendengarnya sejak dirinya masih berada di pesantren. Hanya saja tidak semasif saat ini.

Penyebaran dan penggunaan narkoba yang semakin masif itu, kata dia, salah satunya diakibatkan karena masyarakat saat ini semakin terbuka. Tak terkecuali para santri di pesantren.

Para pengguna narkoba pun dinilai banyak yang dilatarbelakangi karena gengsi dengan kelompok atau lingkungan sekitarnya.

"Misalnya lima orang berkawan, yang lain minum kalau yang satu tidak minum, dia malu atau takut dikatakan tidak macho," tuturnya.

Isu penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) di pesantren kembali mencuat. Pemicunya adalah pernyataan dari Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Budi Waseso.

Budi menyebutkan, pengguna narkoba di lingkungan pesantren diduga bukan cuma santri, melainkan sudah sampai ke tataran pengasuh pondok.

(Baca juga: Pengguna Narkoba Merambah Pesantren, BNN Segera Ambil Langkah Tegas)

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa sebelumnya juga telah mengomentari fenomena ini. Menurut dia, santri kerap ditipu karena narkoba disebut dapat menjadi vitamin.

"Vitamin" itu, kata Khofifah, diberikan dengan iming-iming membuat para santri lebih kuat tadarus (kegiatan membaca Al Quran).

(Baca: Susupi Pesantren, Narkoba Disebut Vitamin agar Kuat Tadarus)

Faktanya, narkoba yang disebut sebagai "vitamin" tersebut memang membuat mereka menjadi kuat dan lebih lama dalam bertadarus. Namun, ujar Khofifah, beberapa hari sesudah mengonsumsi "vitamin" itu, efek ketagihan muncul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 30 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 30 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Pakar Sebut Penyitaan Aset Judi Online Bisa Lebih Mudah jika Ada UU Perampasan Aset

Pakar Sebut Penyitaan Aset Judi Online Bisa Lebih Mudah jika Ada UU Perampasan Aset

Nasional
Eks Pejabat Kemenkes Sebut Harga APD Covid-19 Ditentukan BNPB

Eks Pejabat Kemenkes Sebut Harga APD Covid-19 Ditentukan BNPB

Nasional
Transaksi Judi 'Online' Meningkat, Kuartal I 2024 Tembus Rp 101 Triliun

Transaksi Judi "Online" Meningkat, Kuartal I 2024 Tembus Rp 101 Triliun

Nasional
Hari Ini, Gaspol Ft Sudirman Said: Pisah Jalan, Siap Jadi Penantang Anies

Hari Ini, Gaspol Ft Sudirman Said: Pisah Jalan, Siap Jadi Penantang Anies

Nasional
Habiburokhman: Judi 'Online' Meresahkan, Hampir Tiap Institusi Negara Jadi Pemainnya

Habiburokhman: Judi "Online" Meresahkan, Hampir Tiap Institusi Negara Jadi Pemainnya

Nasional
Baru 5 dari 282 Layanan Publik Pulih Usai PDN Diretas

Baru 5 dari 282 Layanan Publik Pulih Usai PDN Diretas

Nasional
Penerbangan Garuda Indonesia Tertunda 12 Jam, Jemaah Haji Kecewa

Penerbangan Garuda Indonesia Tertunda 12 Jam, Jemaah Haji Kecewa

Nasional
Perdalam Pengoperasian Jet Tempur Rafale, KSAU Kunjungi Pabrik Dassault Aviation

Perdalam Pengoperasian Jet Tempur Rafale, KSAU Kunjungi Pabrik Dassault Aviation

Nasional
Cek Harga di Pasar Pata Kalteng, Jokowi: Harga Sama, Malah di Sini Lebih Murah

Cek Harga di Pasar Pata Kalteng, Jokowi: Harga Sama, Malah di Sini Lebih Murah

Nasional
Kasus Korupsi Pengadaan Lahan JTTS, KPK Sita 54 Bidang Tanah dan Periksa Sejumlah Saksi

Kasus Korupsi Pengadaan Lahan JTTS, KPK Sita 54 Bidang Tanah dan Periksa Sejumlah Saksi

Nasional
Jokowi Klaim Program Bantuan Pompa Sudah Mampu Menambah Hasil Panen Padi

Jokowi Klaim Program Bantuan Pompa Sudah Mampu Menambah Hasil Panen Padi

Nasional
Soal Izin Usaha Tambang Ormas Keagamaan, Pimpinan Komisi VII Ingatkan Prinsip Kehati-hatian dan Kepatutan

Soal Izin Usaha Tambang Ormas Keagamaan, Pimpinan Komisi VII Ingatkan Prinsip Kehati-hatian dan Kepatutan

Nasional
Jokowi Pastikan Beras Bansos Berkualitas Premium, Tak Berwarna Kuning dan Hitam

Jokowi Pastikan Beras Bansos Berkualitas Premium, Tak Berwarna Kuning dan Hitam

Nasional
Minta Pemerintah Tetapkan Jadwal Pelantikan Kepala Daerah, Ketua KPU: Kalau Tak Ada, Bakal Repot

Minta Pemerintah Tetapkan Jadwal Pelantikan Kepala Daerah, Ketua KPU: Kalau Tak Ada, Bakal Repot

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com