JAKARTA, KOMPAS.com - Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) melihat, langkah apapun yang diambil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menuju Pilkada Serentak 2017 sangat dilematis.
Dengan maju secara independen, menurut dia, tentunya menunjukan bahwa Ahok memiliki kekuatan untuk maju lewat jalur non-parpol karena terjadi ketegangan antara eksekutif dan legislatif.
Namun, jika maju lewat Partai Politik, Ahok bisa disangka tak mampu menjawab dukungan independen dari para pendukungnya.
(baca: Kata Hasto, PDI-P Punya Banyak Kader, Tak Perlu Risau Bersaing dengan Ahok)
"Sementara bila via partai politik, tentu parpol akan mengajukan nama," tutur Masykurudin saat dihubungi, Selasa (8/3/3/2016).
"Akhirnya sekarang menjadi simalakama," lanjut dia. (baca: PDI-P: Teman Ahok Mau Menjerumuskan Ahok)
Peluang
Namun, tak sepenuhnya keputusan Ahok yang maju secara independen dinilai tak tepat. Masykurudin melihat, setidaknya ada tiga hal yang bisa dijadikan peluang bagi Ahok untuk mempertahankan kursi DKI 1 meski lewat jalur independen.
Pertama, kata Masykurudin, yaitu kinerja. Menurut dia, Ahok masih memiliki waktu sekitar satu tahun lagi untuk menyelesaikan tugasnya sebagai gubernur dengan baik hingga pilkada pada Februari 2017.
(baca: Ahok Masih Berharap PDI-P Mendukung Dirinya di Jalur Independen)
Dalam situasi ini, Ahok juga dinilai cukup diuntungkan oleh wakilnya Djarot Saiful Hidayat, yang hingga saat ini belum berencana mencalonkan diri sebagai gubernur.
"Sehingga isu akan adanya pecah kongsi antara gubernur dan wakil gubernur untuk jalan sendiri-sendiri di Pilkada mendatang tidak terjadi," ujar Masykurudin.
Kedua, nama-nama kandidat penantang Ahok dinilai belum memiliki pengalaman langsung menang dalam Pilkada dan mempunyai rekam jejak sebagai kepala daerah. Rekam jejak tersebut dianggap bisa menjadi penilaian tambah bagi Ahok.
(baca: PDI-P: Ahok Butuh Dukungan Parpol)
"Kenapa Ridwan Kamil paling potensial menjadi penantang Ahok? Karena Ridwan Kamil berpengalaman menang dalam Pilkada langsung dan nyata mempunyai rekam jejak yang baik," paparnya.
Adapun peluang terakhir adalah tergantung kepada figur yang akan digandeng Ahok menjadi calon wakil gubernur.
Wakil Ahok nantinya juga akan sangat menentukan elektabilitas Ahok sebagai pasangan calon.
Demikian pula dengan jumlah pasangan calon yang nantinya terjun ke dalam kontestasi pemilihan gubernur DKI.
"Misalnya, Ahok dengan jalur independen melawan satu pasangan calon yang didukung seluruh parpol akan sangat berbeda dengan Ahok melawan lebih dari satu paslon dengan beberapa dukungan partai politik atau perseorangan," ujar Masykurudin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.