Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Konflik Agama, Komnas HAM Ajukan Bangun Gedung Kebhinekaan

Kompas.com - 11/11/2015, 18:52 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Staf Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Ahmad Subhi Azhari mengatakan, Gedung Kebhinekaan atau Gedung Toleransi bisa dijadikan solusi terbaik untuk menyelesaikan konflik keagamaan yang saat ini tengah terjadi di daerah GKI Yasmin.

"Komnas HAM sudah menyampaikan surat ke Wali Kota Bogor. Kami melihat, ada satu peluang penyelesaian yang menurut kami sangat positif, sangat terbuka dalam konteks penyelesaian ini bisa membangun suasana toleransi yang lebih kondusif di Kota Bogor," kata Ahmad di Kantor LBH Jakarta, Rabu (11/11/2015).

Gedung Kebhinekaan tersebut, rencananya akan terdiri dari beberapa lantai yang salah satu lantainya akan digunakan oleh GKI Yasmin. (Baca: GKI Yasmin Berharap Tak Lagi Rayakan Natal di Depan Istana ) 

Lantai-lantai lain dapat digunakan oleh elemen-elemen masyarakat atau organisasi-organisasi masyarakat serta dapat dijadikan ruang publik.

"Kita melihat peluang ini bisa menjadi solusi dan kita juga menyampaikan beberapa pertimbangan terhadap solusi ini," ujar Ahmad. (Baca: GKI Yasmin: Upaya Relokasi Dilakukan Diam-diam )

Dia memaparkan pertimbangan pertama, gedung itu bisa memperlihatkan tanggung jawab negara. 

Pertimbangan kedua, dilihat dari aspek hukum, Ahmad mengungkapkan gedung Kebhinekaan secara tidak langsung adalah bentuk pelaksanaan putusan Mahkamah Agung dan juga rekomendasi Ombudsman terkait polemik GKI Yasmin.

"Jadi secara hukum, sangat mendukung," tutur Ahmad. (Baca: Yenny Wahid: Ada Banyak Cara Rekatkan Perbedaan ) 

Gedung Kebhinekaan juga dinilai dapat menjadi contoh dan model resolusi konflik bagi daerah-daerah yang tengah mengalami konflik keagamaan serupa.

Solusi ini juga diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi Indonesia. (Baca: Tokoh Sunda Kecam Larangan Perayaan Asyura dari Wali Kota Bogor )

Menurut Ahmad, selama ini GKI Yasmin selalu disorot di dunia internasional sebagai konflik keagamaan yang menjadi pekerjaan rumah dan dalam dua rezim belum terselesaikan.

"Beberapa alasan ini kita dorong kepada wali kota Bogor untuk mengambil langkah yang pasti dan lebih cepat untuk merealisasikan gedung ini. Peluang sudah sangat besar tinggal bagaimana wali kota Bogor mengambil peran dan sikap yang tegas," ungkap Ahmad.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com