Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Franky Sahilatua, Sang Demonstran Istana

Kompas.com - 28/07/2015, 15:09 WIB
JAKARTA, KOMPAS - Selasa siang, 8 Desember 2009, penyanyi balada dan penggubah lagu Franky Sahilatua (sekarang almarhum) berdiri di trotoar jalan yang menghadap ke Istana Merdeka, Jakarta, dan menyambung ke Taman Monas.

Seorang pengusaha asal Surabaya yang mengaku baru keluar dari kompleks istana kepresidenan, ketika melintas di Jalan Merdeka Utara, berhenti dan turun dari mobil mewahnya. Sang pengusaha menghampiri Franky. Lalu, dia mengeluh karena semakin banyak aksi unjuk rasa buruh di depan Istana dengan menggunakan panggung di atas mobil dari angkutan umum.

Di tengah percakapan, sang pengusaha bertanya. "Frank, Anda sudah lama tidak manggung atau meluncurkan album baru, ya," tanyanya. "Ah, saya sering manggung, kok, di Istana," ujar Franky. "Waduh, hebat ya manggung di Istana," komentar sang pengusaha. "Ya, tetapi tidak di dalam Istana seperti para artis-artis itu, saya di tempat ini, di luar Istana, bersama para buruh, mahasiswa, para korban lumpur Lapindo dan lain-lainnya," kata Franky.

"Oh, panggungnya di atas kendaraan umum itu, ya...," ujarnya sambil tertawa. "Betuuuul, sekarang saya datang ke tempat itu untuk meninjau tempat untuk unjuk rasa besok, yang akan memperingati Hari Anti Korupsi Sedunia," kata Franky sambil tertawa.

Kemudian, sang pengusaha mengajak Franky naik mobil mewahnya untuk makan siang. Di dalam mobil, Franky memutar compact disk (CD) berisi lagu-lagu ciptaannya dan dia ikut melantunkannya.

"Minyak mahal bangsa bayar utang, listrik mahal bangsa bayar utang, sekolah mahal bangsa bayar utang, berobat mahal bangsa bayar utang. Bangsa yang utang, koruptor yang makan dan rakyat menanggung beban. Kemiskinan itu penuh air mata dan pahit sampai ke tulang sumsum," begitu syair salah satu lagunya yang berjudul "Kita-kita, Kamu-kamu".

Di rumah makan di Jalan Sabang, sang pengusaha menawarkan Franky untuk bisa menyanyi di Istana atau ikut dalam acara 17 Agustus di Istana, menjadi ketua panitia perayaan acara istana kepresidenan atau mendirikan yayasan sosial yang berkaitan dengan Istana. "Atau, saya juga bersedia jadi vendor (penyandang dana) Anda, Frank," kata sang pengusaha itu.

Franky menjawab dengan perkataan yang sering dia ucapkan kepada banyak orang, termasuk kepada mantan Menteri Koordinator Perekonomian masa pemerintahan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Rizal Ramli. Franky bilang, di dalam Istana, saya tidak bisa mengkritik Istana secara terbuka, hanya bisa bicara yang manis-manis tentang pemerintah.

"Kalau pemerintah cuma diberi berita atau informasi yang manis-manis, bisa jadi diabetes, bisa diamputasi atau gagal ginjal," kata Franky yang juga sering bergaul dengan tokoh Ikatan Dokter Indonesia, seperti Fachmi Idris, Zaenal, dan Mahesa. Semoga Franky jadi inspirasi para artis. (J Osdar)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 Juli 2015, di halaman 2 dengan judul "Franky Sahilatua,Sang Demonstran Istana".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com