Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PMI Kirim Ahli untuk Tentukan Bantuan bagi Korban Gempa di Nepal

Kompas.com - 27/04/2015, 16:48 WIB
Abba Gabrillin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Palang Merah Indonesia (PMI) menyatakan siap untuk membantu korban bencana gempa bumi di Nepal. Sebagai langkah awal, PMI akan mengirimkan dua ahli untuk meninjau lokasi dan memperkirakan kebutuhan para korban.

"Kami akan kirimkan dua orang ahli untuk menjadi bagian dari 16 orang yang terdiri dari 8 negara di Asia Pasifik. Tim assesment itu nanti yang akan memperkirakan bantuan apa saja yang dibutuhkan," ujar Ketua Harian Palang Merah Indonesia, Ginandjar Kartasasmita, dalam konferensi pers di Kantor Pusat PMI, Jakarta, Senin (27/4/2015).

Ginandjar mengatakan, tim ahli yang lebih dulu diturunkan akan memberikan laporan kepada PMI Pusat dalam beberapa hari ke depan. Setelah itu, PMI akan mengrimkan bantuan apa pun yang dibutuhkan.

Kepala Bidang Penanganan Bencana PMI Soemarsono mengatakan, PMI yang tergabung dalam Federasi Palang Merah Internasional mendapat spesialisasi untuk memberikan bantuan sanitasi air bersih bagi korban bencana. Berbekal pengalaman pada tsunami yang melanda Indonesia pada 2004 silam, menurut Soemarsono, PMI memiliki keunggulan dalam bidang penyediaan air bersih.

Selain itu, PMI juga akan menyediakan kebutuhan logistik, tenaga medis, serta relawan dari anggota PMI di berbagai daerah di Indonesia. Menurut Soemarsono, jumlah bantuan dan tenaga relawan akan ditentukan setelah mendapat laporan tim assesment.

Ginandjar mengatakan, bantuan yang dikirimkan PMI bagi Nepal dilakukan melalui koordinasi yang berbeda dengan yang dilakukan Pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri. Ia mengatakan, bantuan yang dilakukan pemerintah akan melibatkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Gempa berkekuatan 7,9 SR mengguncang Nepal pada Sabtu (25/4/2015) siang. Hingga saat ini, ditemukan lebih kurang 3.000 korban tewas dan 6.000 korban luka yang dievakuasi dalam kondisi keterbatasan infrastruktur.

Jumlah korban sangat mungkin bertambah karena banyaknya permukiman di daerah terpencil dan pegunungan yang belum dapat ditembus relawan. Selain itu, rumah sakit, fasilitas kesehatan, dan tenda darurat sangat terbatas.

Akibat gempa, warga di Nepal kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Penerangan juga tidak ada akibat jaringan listrik yang terputus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Nasional
JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang 'Toxic'

JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang "Toxic"

Nasional
Tanggapi Luhut soal Orang 'Toxic', Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Tanggapi Luhut soal Orang "Toxic", Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Nasional
Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Nasional
Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim 'Red Notice' ke Interpol

Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim "Red Notice" ke Interpol

Nasional
Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Nasional
Anggap 'Presidential Club' Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Anggap "Presidential Club" Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Nasional
Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Nasional
Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

Nasional
KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
Prabowo Tak Perlu Paksakan Semua Presiden Terlibat 'Presidential Club'

Prabowo Tak Perlu Paksakan Semua Presiden Terlibat "Presidential Club"

Nasional
'Presidential Club' Prabowo Diprediksi Jadi Ajang Dialog dan Nostalgia

"Presidential Club" Prabowo Diprediksi Jadi Ajang Dialog dan Nostalgia

Nasional
Gus Muhdlor Kenakan Rompi Oranye 'Tahanan KPK' Usai Diperiksa 7 Jam, Tangan Diborgol

Gus Muhdlor Kenakan Rompi Oranye "Tahanan KPK" Usai Diperiksa 7 Jam, Tangan Diborgol

Nasional
Adam Deni Hanya Dituntut 1 Tahun Penjara, Jaksa: Sudah Bermaafan dengan Sahroni

Adam Deni Hanya Dituntut 1 Tahun Penjara, Jaksa: Sudah Bermaafan dengan Sahroni

Nasional
Ide 'Presidential Club' Prabowo Diprediksi Bakal Bersifat Informal

Ide "Presidential Club" Prabowo Diprediksi Bakal Bersifat Informal

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com