Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sensus CSIS: Pimpinan PDI-P Daerah Malu-malu Dukung Jokowi Jadi Ketum

Kompas.com - 01/04/2015, 12:32 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Dewan Pimpinan Daerah dan Dewan Pimpinan Cabang PDI-Perjuangan dianggap masih malu-malu untuk mendukung Presiden Joko Widodo menjadi Ketua Umum.

Survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menunjukkan, para ketua partai di daerah menganggap Jokowi sebagai figur yang tepat untuk membesarkan Partai. Di sisi lain, ketua Partai tetap mendukung Megawati Soekarnoputri untuk maju kembali sebagai Ketua Umum pada Kongres mendatang.

Peneliti CSIS Arya Fernandes menjelaskan, Jokowi mendapatkan indeks tertinggi sebagai tokoh yang paling bisa membesarkan partai pada lima tahun mendatang, yakni sebesar 26,6. Puan Maharani menyusul dibawahnya dengan indeks 22,8.

Adapun Megawati baru menyusul di peringkat ketiga dengan indeks 15. Ganjar Pranowo berada di tempat keempat dengan indeks 9,1. Terakhir, Tjahjo Kumolo mendapat indeks 8,8. (baca: Politisi PDI-P: Jokowi Layak Jadi Ketua Umum PDI-P, tetapi...)

"Jokowi dianggap sebagai figur yang paling mampu memimpin partai untuk lima tahun yang akan datang," kata Arya saat merilis hasil sensus di Kantor CSIS, Jakarta, (1/4/2015).

Namun, Arya menambahkan, Megawati tetap unggul dalam bursa perebutan kursi ketua umum pada Kongres yang berlangsung 9 April 2015. Sebanyak 320 atau 68,5 persen ketua partai di daerah mengaku akan mendukung Megawati di Kongres.

Jokowi hanya mendapat dukungan dari 76 DPD/DPC atau 16,3 persen. Dibawahnya, menyusul Puan Maharani (5,4 persen), Ganjar Pranowo (3 persen) dan Pramono Anung (2,4 persen). (baca: "Keniscayaan Ibu Megawati Kembali Jadi Ketum PDI-P")

"Megawati mendapat dukungan signifikan, namun angkanya masih jauh dari aklamasi," lanjut Arya.

Peneliti Senior CSIS Philips J Vermonte menambahkan, dua hasil survei yang berlawanan tersebut menandakan ketua PDI-P di daerah masih malu-malu dalam mendukung Jokowi. Di satu sisi, mereka ingin Jokowi memimpin, tetapi di sisi lain mereka masih merasa segan dengan pengaruh Megawati di PDI-P.

"Ketua daerah malu-malu semua. Mereka terlalu santun dengan elite partai di pusat. Maunya ada perubahan, tapi tidak bisa keluar dari stuktur yang ada," ujar Philips.

Sensus ini dilakukan dengan mewawancarai 28 Ketua DPD dan 467 Ketua DPC di seluruh Indonesia. Wawancara berlangsung pada 16-19 Februari 2015 lalu. Survei dibiayai oleh CSIS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com