Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendamba Penegak Hukum yang Dicintai Rakyat

Kompas.com - 07/02/2015, 16:24 WIB

Oleh:

KOMPAS.com - Saat diadili di pengadilan Heliast pada 399 sebelum Masehi, Socrates mengingatkan agar penegakan hukum tidak didasarkan oleh kepentingan lain, selain hukum itu sendiri. Kala itu, filsuf terkemuka Yunani Kuno tersebut menganggap dirinya telah dikriminalisasi atas dasar kebencian penguasa terhadapnya. Kriminalisasi terbukti masih terjadi hingga kini.

Peristiwa penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) yang terjadi lebih dari dua milenium lalu itu masih dirasakan hingga kini. Itu terbukti dalam perseteruan dua institusi penegak hukum, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri), dalam lakon ”Cicak versus Buaya jilid III”, akhir-akhir ini.

Begitu KPK menetapkan calon Kapolri Komisaris Jenderal (Komjen) Budi Gunawan sebagai tersangka korupsi pada 13 Januari 2015, selang 10 hari kemudian ganti pimpinan KPK Bambang Widjojanto dijadikan tersangka oleh Polri. Tuduhannya, mengarahkan saksi memberikan keterangan palsu.

Sulit menampik ketiadaan faktor kriminalisasi dan abuse of power dalam tragedi Cicak versus Buaya ini. Apalagi, penyidikan kasus Bambang Widjojanto yang terkesan dipaksakan juga diikuti penyelidikan terhadap tiga pimpinan KPK yang lain atas dasar sejumlah pengaduan yang tiba-tiba muncul.

Diperlukan proses hukum dan kajian panjang untuk memastikan ada tidaknya penyalahgunaan kekuasaan, baik oleh KPK maupun Polri dalam kasus Budi dan Bambang.

Meski demikian, abuse of power, seperti juga halnya pelanggaran etika, ketidakprofesionalan, dan rendahnya integritas penegak hukum merupakan hal nyata yang kental dirasakan warga, dari dulu hingga kini.

Inilah salah satu yang membuat institusi penegak hukum belum mendapatkan kepercayaan dan simpati luas dari masyarakat. Reformasi institusi penegak hukum ibarat masih digelayuti awan hitam.

Berdasarkan jajak pendapat Litbang Kompas terhadap penegakan hukum 2014, tingkat kepuasan terhadap kepolisian, kejaksaan, dan kehakiman relatif masih rendah. Untuk kejaksaan, misalnya, hanya 29,5 persen responden yang menyatakan puas. Hanya KPK yang diapresiasi tinggi dengan level kepuasan terhadap kinerja mencapai 72,2 persen.

Akibatnya, sebagian besar responden (67 persen) menilai kinerja penegak hukum sepanjang 2014 belum berhasil mengembalikan kepercayaan masyarakat.

Dalam tataran global, indeks hukum Indonesia dinilai sedang-sedang saja, tidak terlalu bagus, juga tidak terlalu buruk.

Itu tercermin dari Rule of Law Index 2014 yang disusun The World Justice Project, lembaga swadaya masyarakat internasional yang berpusat di Amerika Serikat, dan Indonesia berada pada peringkat 46 dari 99 negara dengan perolehan skor 52.

Cenderung memburuk

Dibandingkan pada tahun 2013, kinerja aparat penegak hukum sepanjang 2014 bahkan terindikasi cenderung memburuk pada beberapa hal.

Ombudsman RI mencatat, laporan pengaduan masyarakat terhadap kepolisian meningkat 17 persen, dari 668 pada 2013 menjadi 778 pada 2014. Kepolisian menjadi institusi yang terbanyak dilaporkan setelah pemerintah daerah (pemda).

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Perintah 'Tak Sejalan Silakan Mundur', SYL: Bukan Soal Uang, Tapi Program

Soal Perintah "Tak Sejalan Silakan Mundur", SYL: Bukan Soal Uang, Tapi Program

Nasional
Rosan Ikut di Pertemuan Prabowo-Elon Musk, Bahas Apa?

Rosan Ikut di Pertemuan Prabowo-Elon Musk, Bahas Apa?

Nasional
[POPULER NASIONAL] MPR Bakal Temui Amien Rais | Anies Pertimbangkan Maju Pilkada Jakarta

[POPULER NASIONAL] MPR Bakal Temui Amien Rais | Anies Pertimbangkan Maju Pilkada Jakarta

Nasional
MK Putus 207 Sengketa Pileg Hari Ini hingga Besok

MK Putus 207 Sengketa Pileg Hari Ini hingga Besok

Nasional
Tanggal 24 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 24 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Nasional
Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Nasional
Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Nasional
Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Nasional
Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Nasional
Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Nasional
Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Nasional
Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Nasional
Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com