Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya Mendikbud Ubah Pandangan Siswa tentang UN yang Menakutkan

Kompas.com - 18/01/2015, 18:03 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Paradigma soal ujian nasional atau UN sebagai hal menakutkan disebut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan telah melekat di benak pelajar di seluruh Indonesia. Ujian nasional juga dianggap sebagai sesuatu yang menjadi penentu antara "hidup dan mati" para pelajar.

"Kita ingin melakukan perubahan pandangan bahwa UN bukan sesuatu yang menakutkan. Agar UN mengalami desakralisasi," kata Anies saat berbincang dengan redaksi Harian Kompas, Jumat (16/1/2015).

Anies pun menjelaskan lebih lanjut tentang aspek atau efek negatif yang ditimbulkan dari pelaksanaan UN selama ini. Dia melakukan perbandingan dengan mengacu pada pelaksanaan UN tahun 2005 sampai 2014, bahwa murid yang dinyatakan lulus UN murni adalah sebesar 66 persen. Sedangkan yang lulus dengan nilai gabungan sebesar 99 persen.

"Jadi banyak mark up, mark up semua kan. Kemudian beda sekali antara yang 5 set soal dengan 20 set soal. Di 20 set, aktivitas (mencontek) berjamaah turun. Ini satu hal yang mengganggu, soal kejujuran," tambah dia.

Untuk itu, Anies mengaku telah menempatkan UN pada posisi yang berbeda, dengan fungsi dan tujuan yang berbeda pula. Tiga hal yang ditekankan tentang UN yakni UN bukan lagi sebagai syarat kelulusan mutlak; UN menjadi alat untuk mengukur kinerja pelaksana atau penyelenggara dan; konten di dalam UN sebagai ruang untuk perbaikan ke depannya.

Mantan rektor Universitas Paramadina ini menetapkan bahwa kelulusan akan menjadi wewenang penuh dari sekolah. UN sendiri juga akan dilaksanakan pada semester 6, bukan akhir dari semester 6 seperti yang selalu dilakukan sebelumnya. Lalu hasil UN akan dijabarkan dengan lebih detil, sehingga peserta didik bisa mengetahui lebih rinci di mana kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya.

"Misalkan nilai matematika, enggak cuma angka, tapi di-break down lagi. Aljabarnya berapa, trigonometrinya berapa, misalkan seperti itu," ujar dia.

Sistem UN ke depannya, aku Anies, akan dibuat seperti tes TOEFL, dengan basis teknologi komputer, bukan lagi ujian di atas kertas. Dengan begitu, para murid bisa kapan saja mengajukan jadwal ujian di saat mereka sudah siap. Setelah sistem tersebut terlaksana, UN akan menjadi bahan evaluasi penyelenggara, yakni pemerintah.

"Harapannya, UN bisa jadi sesuatu yang positif. Bukan yang ditakuti, bukan konsekuensi hidup-mati," ucap Anies.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com