Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komisioner Kompolnas: Jika Kami Selalu Diabaikan, Lebih Baik Bubarkan Saja

Kompas.com - 17/01/2015, 14:22 WIB
Abba Gabrillin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), M Nasser, mengakui keberadaan Kompolnas sering diabaikan oleh lembaga-lembaga negara yang lain. Keluhan publik atas rekomendasi Kompolnas terhadap Komisaris Jenderal (Pol) Budi Gunawan sebagai calon Kepala Polri, misalnya, dinilai sebagai akibat dari kurangnya kerja sama antarlembaga.

"Jika kami selalu diabaikan, lebih baik bubarkan saja Kompolnas," ujar Nasser saat ditemui seusai menjadi pembicara dalam sebuah diskusi di Kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (17/1/2015).

Terkait masalah yang melibatkan Budi Gunawan, Nasser mengklaim bahwa Kompolnas sebenarnya pernah meminta rekam jejak berupa data keuangan Budi Gunawan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) serta Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Namun, menurut Nasser, tidak pernah ada tanggapan yang diterima Kompolnas dari dua lembaga tersebut. Permintaan tersebut dilakukan Kompolnas pada 23 April 2013 ketika Kompolnas hendak mengajukan Budi sebagai calon Kapolri untuk menggantikan Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri.

"Kompolnas itu dibentuk sesuai Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2000 Pasal 8, dan ditulis dalam Undang-Undang Kepolisian Nomor 2 Tahun 2002. Kami selalu diabaikan, kami merasa tidak pernah diperhitungkan," kata Nasser.

Menurut Nasser, seharusnya Kompolnas tidak bisa dipersalahkan dalam pencalonan Budi, yang telah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Dalam memberikan rekomendasi, Kompolnas hanya mengacu pada data dan informasi yang dimiliki saat ini.

Terkait kasus dugaan rekening gendut milik Budi, Nasser mengatakan, Kompolnas hanya berpedoman pada surat yang dikeluarkan Bareskrim Polri pada 2010. Surat itu menjelaskan bahwa rekening Budi Gunawan bersih dari transaksi yang mencurigakan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Nasional
Dilema Prabowo Membawa Orang 'Toxic'

Dilema Prabowo Membawa Orang "Toxic"

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Nasional
Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com