Kapal buatan dalam negeri produksi PT PAL (persero) ini berangkat dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, pada Senin (29/12/2014) malam. Pencarian tak selalu seketika mendapatkan hasil. Kenapa? Jawaban sederhana pun muncul: "Karena tim SAR juga harus mengutamakan keselamatan mereka."
Dari awal perjalanan, Komandan KRI Banda Aceh Letnan Kolonel Laut (P) Arief Budiman sudah mewanti-wanti kepada seluruh pasukannya, "Kita mencari korban hilang, jangan sampai malah jadi korban dan dicari."
Kompas.com--reporter Ihsanuddin--ikut dalam KRI Banda Aceh ini melihat langsung seperti apa perintah Arief itu diterjemahkan. Semua pergerakan dilakukan hati-hati dan penuh perhitungan, tidak terburu-buru apalagi grasa-grusu.
Dari awal, KRI Banda Aceh bersama KRI lain yang diterjunkan, diberi waktu cukup lama, yakni 20 hari untuk melakukan pencarian. Waktu tersebut masih fleksibel dan bisa saja diperpanjang lagi jika tanda-tanda pesawat AirAsia belum juga terlihat.
Namun belum satu hari penuh KRI Banda Aceh melakukan perjalanan, tepatnya pada Selasa (30/12/2014) siang, kabar ditemukannya serpihan pesawat berikut korbannya, sudah muncul.
KRI Banda Aceh yang semula masih dalam perjalanannya menuju perairan Belitung Timur, langsung memutar arah menuju perairan Karimata, di Pangkalan Bun. Dalam perjalanan, masih berpuluh-puluh mil jauhnya dari lokasi penemuan, tim TNI AL sudah siap siaga melakukan pencarian.
Dua prajurit disiagakan dengan teropong jarak jauh di sisi kiri dan kanan anjungan kapal. Saat langit sudah gelap, lampu sorot yang juga ada di sisi kiri dan kanan kapal bergerak ke sana kemari untuk mencari apa saja benda yang sekiranya bagian dari pesawat AirAsia.
Namun, hingga kapal tiba di sekitar lokasi penemuan pukul 22.00 WIB, hasilnya masih nihil. Pencarian akan dilanjutkan besok paginya dengan harapan cuaca akan cerah.
Cuaca buruk sepanjang hari
Rabu (31/12/2014), seharusnya menjadi hari yang besar bagi seluruh penumpang KRI Banda Aceh dalam operasi SAR ini. Pencarian besar-besaran akan dilakukan sejak matahari terbit hingga tenggelam kembali. Pemindahan jenazah yang sudah ditemukan, dari kapal ke Pangkalan Bun, juga seharusnya dilakukan.
Dari malam harinya, saya dan beberapa awak media lain yang ikut dalam kapal itu, memutuskan untuk tidur lebih cepat agar bisa mendokumentasikan proses pencarian dan pemindahan ini dengan baik. Para prajurit yang tidak berjaga malam, juga sudah cepat kembali ke kamarnya masing-masing.
Sang pilot helikopter, juga terlihat duduk lemas memandang "sang burung besi" yang harusnya dia terbangkan hari itu. "Kalau cuaca begini terus tidak akan bisa. Jangan sampai kita mau men-SAR orang, malah jadi kita yang di-SAR," kata sang pilot menirukan kurang lebih kata-kata Komandan Arief.
Akhirnya pada hari itu, sembari menunggu cuaca membaik, pencarian dilakukan mengandalkan pandangan dari anjungan darat memakai teropong di kedua sisi kapal. Beberapa barang yang diduga bagian dari pesawat AirAsia seperti kayu, dasi, botol dan baju pelampung ditemukan.