Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Anggota DPR Harus Bayar Perpecahan dengan Kembalikan Kepercayaan Publik"

Kompas.com - 19/11/2014, 11:04 WIB
Abba Gabrillin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Setelah DPR bersatu kembali, seluruh anggota Dewan memiliki tanggung jawab besar untuk mengembalikan kepercayaan publik. Mereka dituntut bekerja semaksimal mungkin.

"Mereka (DPR), harus bayar perpecahan itu dengan kinerja. Mereka harus berusaha mengembalikan kepercayaan publik," ujar Koordinator Forum Masyarakat Perduli Parlemen Indonesia (Formappi) Sebastian Salang, kepada Kompas.com, Rabu (19/11/2014).

Sebastian mengatakan, tidak ada yang bisa memastikan kesepakatan damai Koalisi Merah Putih dan Koalisi Indonesia Hebat bisa menghasilkan kinerja yang optimal. Bahkan, menurut dia, bukan tidak mungkin akan kembali terjadi perpecahan ketika muncul perbedaan kepentingan nantinya.

Setidaknya, setelah dilakukan kesepakatan damai, sejumlah tugas-tugas telah menanti para anggota Dewan. Program legislasi nasional (Prolegnas), menurut Sebastian, perlu untuk segera ditentukan oleh DPR, DPD, dan pemerintah.

DPR juga perlu melakukan pembahasan kebijakan pemerintah, pembahasan undang-undang, dan melakukan fungsi pengawasan.

"DPR harus bekerja maksimal, terutama membahas kebijakan pemerintah soal kepentingan rakyat," kata Sebastian.

Terkait salah satu perjanjian damai, yakni merevisi Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 mengenai DPR, DPD, dan DPRD (UU MD3), menurut Sebastian, sebaiknya segera dituntaskan. Ia mengatakan, jika pembahasan revisi UU MD3 cepat diselesaikan, maka hal tersebut akan semakin mewujudkan perdamaian dua koalisi. (baca: Ini Lima Poin Kesepakatan Damai KMP dan KIH di DPR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com