Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Disarankan Tunjuk Jaksa Senior sebagai Jaksa Agung

Kompas.com - 12/11/2014, 19:44 WIB
Dani Prabowo

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Pakar hukum tata negara Margarito Kamis menyarankan agar Presiden Joko Widodo menunjuk jaksa senior untuk menduduki posisi jaksa agung. Jaksa senior dinilai lebih mampu mengonsolidasikan kekuatan di Kejaksaan Agung agar bekerja sesuai dengan target yang diharapkan Jokowi.

Seperti diketahui, saat ini ada enam nama yang telah muncul ke publik. Mereka adalah Kepala PPATK Muhammad Yusuf, Deputi UKP4 Mas Achmad Santosa, Jaksa Agung Muda (JAM) Bidang Pembinaan Bambang Waluyo, JAM Pidana Khusus Widyo Pramono, mantan JAM Pidana Umum, HM Prasetyo, dan mantan Kepala PPATK, Yunus Husein.

Margarito mengungkapkan, dari enam nama yang muncul, empat di antaranya pernah dan sedang berkarier di kejaksaan. Namun, Margarito menyarankan agar Jokowi memilih sosok yang telah lepas dari kejaksaan.

"Ada dua nama yang menurut saya bagus, yaitu HM Prasetyo dan Muhammad Yusuf," kata Margarito saat dihubungi Kompas.com, Rabu (12/11/2014).

Menurut dia, dari dua nama tersebut, HM Prasetyo yang dianggap paling ideal untuk menggantikan Basrief. Ia menjelaskan, Yusuf memang memiliki karier yang cemerlang di PPATK.

Sayangnya, jabatan terakhir yang ia pegang di kejaksaan hanya Asisten Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta. Ia menjelaskan, Yusuf akan menghadapi tantangan yang hebat apabila dirinya ditunjuk menjadi jaksa agung.

Ada kekhawatiran, Yusuf akan kurang tegas dalam memimpin apabila faktor senioritas di Kejaksaan Agung masih cukup tinggi.

"Kalaupun mau melakukan perombakan, bisa saja. Akan tetapi, kalau grasak-grusuk, tentu di atas nanti kacau juga karena pakemnya sudah ada. Tidak bisa semudah itu main rombak," ujarnya.

Sementara itu, menurut dia, HM Prasetyo tidak memiliki catatan buruk selama berkarier di kejaksaan. Jabatan terakhir yang pernah ia pegang adalah JAM pidana umum pada tahun 2006. Ia menambahkan, kehadiran Prasetyo diharapkan mampu memberikan efek psikologis di lingkungan kejaksaan.

"Dia dianggap senior. Kalau orang luar mungkin tidak akan memunculkan dampak psikologis. Kalau dari dalam, saya tidak percaya tidak akan ada dampak psikologisnya. Pembenahan tidak akan maksimal, baik organisasi maupun fungsi-fungsinya," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com