Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Harus Cegah Percaloan di Tim Transisi

Kompas.com - 28/08/2014, 06:59 WIB

KOMPAS.com - Presiden terpilih Joko Widodo harus punya mekanisme pengawasan dan pola penindakan yang tegas terhadap seluruh Tim Transisi pimpinan Rini Soemarno guna mencegah kemungkinan praktik percaloan atau brokerproyek.

Saya khawatir, sejumlah personel di Kantor Transisi Jokowi-JK tidak terlepas dari kepentingan bisnis dan motif mengejar jabatan atau menempatkan orang.

Sejak awal, saya sudah mengkritisi keberadaan Rini Soemarno yang memimpin Kantor Transisi Jokowi, yang tidak terlepas dari dugaan kepentingan yang bisa jadi terkait motif bisnis atau jabatan.

Belakangan, orang-orang tertentu yang kemudian dilibatkan di kelompok kerja (pokja) juga tidak steril dari kepentingan-kepentingan proyek.

Ketatnya pertarungan untuk mendapatkan posisi strategis di pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla, khususnya kursi menteri di kabinet, telah melahirkan mentalitas calo dan kreativitas para broker politik dengan pola transaksional sebagai imbalan jabatan tertentu, dengan memanfaatkan keberadaan Kantor Transisi, serta jualan akses kedekatan kepada Jokowi dan JK.

Praktik percaloan jabatan dan proyek melalui program yang disusun di Kantor Transisi sangat mungkin berlangsung canggih karena memboncengi program-program pilihan yang nantinya dieksekusi pemerintah, atau melalui skema pelibatan dengan swasta. Apalagi, perekrutan terhadap orang-orang yang dilibatkan di Kantor Transisi tidak transparan, tetapi justru berbau unsur KKN, bahkan subyektif.

Saya khawatir, kebaikan Jokowi mulai dimanfaatkan atau disalahgunakan untuk kepentingan sempit, kepentingan pribadi, ataupun kepentingan kelompok.

Tim Transisi Jokowi-Jusuf Kalla seharusnya lebih responsif dan membangun budaya transparansi agar tercipta akuntabilitas publik sehingga praktik-praktik percaloan dan broker jabatan dan proyek bisa dicegah sejak dini.

Kantor Transisi Jokowi, yang kini sedang mempersiapkan aneka program dan usulan nama-nama yang dianggap mumpuni mengisi jabatan menteri di kabinet Jokowi-Jusuf Kalla, harus konsisten bekerja secara transparan dengan penuh integritas sesuai visi-misi Jokowi-Jusuf Kalla, sekaligus mampu mengelola berbagai kepentingan, khususnya dari para pihak yang selama ini menjadi pendukung kemenangan Jokowi-JK.

Revolusi mental harus dimulai dari sekitar Jokowi-Jusuf Kalla. Jangan, misalnya, kita menggelorakan koalisi tanpa syarat, tetapi banyak syarat tersembunyi.

Jangan kita koar-koar membantu secara sukarela, tetapi ada permintaan macam-macam yang kemudian justru membebani dan menyulitkan posisi Jokowi.

Despen Ompusunggu
Politisi Partai Nasdem

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Presiden Jokowi Bakal Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang Besok

Presiden Jokowi Bakal Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang Besok

Nasional
Di Forum MIKTA Meksiko, Puan Bahas Tantangan Ekonomi Global hingga Persoalan Migran

Di Forum MIKTA Meksiko, Puan Bahas Tantangan Ekonomi Global hingga Persoalan Migran

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi Kabinet ke Megawati, Pengamat: Itu Hak Presiden, Wapres Hanya Ban Serep

Gibran Ingin Konsultasi Kabinet ke Megawati, Pengamat: Itu Hak Presiden, Wapres Hanya Ban Serep

Nasional
Prabowo Mau Bentuk 'Presidential Club', Pengamat: Kalau Diformalkan, Berapa Lagi Uang Negara Dipakai?

Prabowo Mau Bentuk "Presidential Club", Pengamat: Kalau Diformalkan, Berapa Lagi Uang Negara Dipakai?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com