Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komnas PA Berharap Jokowi Bentuk Kementerian Perlindungan Anak

Kompas.com - 25/08/2014, 10:00 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com –
Ketua Komisi Perlindungan Anak Nasional Arist Merdeka Sirait mengatakan, pihaknya mendorong pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla nantinya membentuk kementerian perlindungan anak.

Hal tersebut dianggap penting lantaran kasus pelecehan dan pencabulan di Indonesia sangat memprihatinkan dan dalam kondisi darurat kejahatan seksual.

"Kami usulkan ada kementerian negara khusus perlindungan anak. Yang kewenangannya setara Menteri Penanganan Daerah Tertinggal. Ini supaya tidak mencampuri hak atas pendidikan yang diurus Mendiknas. Kementerian itu khusus perlindungan anak," kata Arist di Jakarta, Senin (25/8/2014), seperti dikutip Tribunnews.com.

Arist mengatakan, kementerian itu hanya fokus pada masalah kejahatan seksual pada anak. Ranah kementerian ini, lanjutnya, untuk mengurusi dan mengatasi masalah yang menimpa kekerasan dan kejahatan pada anak.

"Menteri Perlindungan Perempuan dan Anak belum cukup digunakan untuk melindungi anak. Anak-anak itu jumlahnya 32 persen dari seluruh penduduk Indonesia atau setara 80 juta," katanya.

Arist menambahkan, usulan itu sudah dimasukan ke rumah transisi Jokowi-JK. Arist juga memuji langkah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang telah menginstruksikan adanya gerakan menentang kejahatan seksual anak. Namun, hal tersebut dirasa kurang maksimal.

"Misalnya, ada kejadian tingkat nasional, langsung ada pergerakan. Kami berharap begitu. Koordinasi lembaga yang terkait penting, tapi jangan sampai ada tumpang tindih," lanjutnya.

Lebih lanjut, Arist berharap, anak-anak Indonesia agar bisa terbebas dari kejahatan seksual dan kekerasan pada anak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com