Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sengketa Pilpres, Pegawai MK Lembur dan Dilarang Cuti Saat Lebaran

Kompas.com - 06/08/2014, 14:19 WIB


KOMPAS.com - Dilarang cuti dan memperpanjang libur Lebaran. Apa reaksi pertama Anda atasnya? Sebagian tidak masalah dengan aturan itu, tetapi sebagian lainnya barang kali tak terima. Sebagian orang lainnya mungkin justru mempertanyakan. Ah masak cuti tidak diperbolehkan? Itu, kan, hak!

Namun, itulah yang terjadi di Mahkamah Konstitusi (MK). Pegawai MK dilarang cuti sejak Mei hingga akhir Agustus mendatang. Alias, tak ada yang bisa memperpanjang waktu pulang kampung menikmati hari raya Idul Fitri. Bahkan, beberapa pegawai, khususnya yang bersentuhan langsung dengan perkara sengketa Pemilu Presiden 2014 yang diajukan pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, terpaksa lembur di kantor. Bahkan, ketika takbir berkumandang pada malam Lebaran.

Sekretaris Jenderal MK Janedjri M Gaffar dan Panitera MK Kasianur Sidauruk, saat ditemui, Selasa (5/8/2014), membenarkan tentang lembur dan larangan cuti ketika libur Lebaran.

Menurut Jenedjri, keadaan memang memaksa demikian. Ketentuan di dalam peraturan perundang-undangan menyebutkan, MK harus membuka pendaftaran sengketa pilpres sesaat begitu KPU mengumumkan hasil rekapitulasi suara nasional. KPU mengumumkan hasil pilpres pada 22 Juli, lima hari sebelum Idul Fitri tiba.

Karenanya, MK harus buka kantor selama 3 x 24 jam setelahnya dan harus terus membuka kantor 1 x 24 jam berikutnya untuk menerima perbaikan permohonan yang disampaikan tim pembela Prabowo-Hatta. Tak selesai di situ saja, MK pun harus menyiapkan surat panggilan sidang, memberitahukan adanya gugatan kepada termohon (KPU) dan pihak terkait, serta memverifikasi dan mengkaji permohonan serta alat bukti yang melengkapinya.

Semua hal itu harus dilakukan oleh pegawai (tim peneliti dan pengkaji) agar kemudian hasilnya bisa disampaikan kepada majelis hakim sebagai bahan masukan.

Dari bahan-bahan tersebut dan pembacaan mandiri oleh para hakim, MK menggelar sidang perdana. Sebelumnya, majelis hakim telah menggelar rapat permusyawaratan hakim tertutup untuk membahas perkara tersebut.

Soal lembur pada masa libur Lebaran, Janedjri mengungkapkan tak masalah dengan hal tersebut. Lembur dilakukan pegawai yang tidak memiliki rencana ke luar kota dan kebanyakan adalah pegawai non-Muslim. Kompensasinya, kata Janedjri, mereka bisa libur ketika Natal tiba. "Saya dan Pak Kasianur juga tak ke mana-mana. Di Jakarta saja. Harus memantau. Kita sudah di kantor pada Lebaran hari ketiga," kata Jenedjri.

Soal larangan cuti, Janedjri pun membenarkan. Dia mengatakan tidak menerima keberatan dari pegawai terkait larangan tersebut. Ketika Kompas menanyai salah satu pegawai MK mengapa tak protes karena cuti adalah hak konstitusional, yang bersangkutan menjawab, "Betul memang hak. Tetapi kewajiban konstitusional, kan, memang harus didahulukan. Kami memahami hal itu."

Menangani sengketa pemilu memang tugas konstitusional yang harus diemban MK dan seluruh pegawai beserta di dalamnya. Dan, memang benar, kewajiban konstitusional selalu harus didahulukan daripada menuntut hak konstitusional. Salut untuk keteguhan dan ketekunan yang dijalani dalam diam ini. (Susana Rita)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang 'Toxic'

JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang "Toxic"

Nasional
Tanggapi Luhut soal Orang 'Toxic', Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Tanggapi Luhut soal Orang "Toxic", Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Nasional
Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Nasional
Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim 'Red Notice' ke Interpol

Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim "Red Notice" ke Interpol

Nasional
Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Nasional
Anggap 'Presidential Club' Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Anggap "Presidential Club" Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Nasional
Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Nasional
Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

Nasional
KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
Prabowo Tak Perlu Paksakan Semua Presiden Terlibat 'Presidential Club'

Prabowo Tak Perlu Paksakan Semua Presiden Terlibat "Presidential Club"

Nasional
'Presidential Club' Prabowo Diprediksi Jadi Ajang Dialog dan Nostalgia

"Presidential Club" Prabowo Diprediksi Jadi Ajang Dialog dan Nostalgia

Nasional
Gus Muhdlor Kenakan Rompi Oranye 'Tahanan KPK' Usai Diperiksa 7 Jam, Tangan Diborgol

Gus Muhdlor Kenakan Rompi Oranye "Tahanan KPK" Usai Diperiksa 7 Jam, Tangan Diborgol

Nasional
Adam Deni Hanya Dituntut 1 Tahun Penjara, Jaksa: Sudah Bermaafan dengan Sahroni

Adam Deni Hanya Dituntut 1 Tahun Penjara, Jaksa: Sudah Bermaafan dengan Sahroni

Nasional
Ide 'Presidential Club' Prabowo Diprediksi Bakal Bersifat Informal

Ide "Presidential Club" Prabowo Diprediksi Bakal Bersifat Informal

Nasional
Prabowo Mau Bentuk 'Presidential Club', Ma'ruf Amin: Perlu Upaya Lebih Keras

Prabowo Mau Bentuk "Presidential Club", Ma'ruf Amin: Perlu Upaya Lebih Keras

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com