Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bawaslu Setuju Buka Kotak Suara

Kompas.com - 02/08/2014, 08:13 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com - Keputusan Komisi Pemilihan Umum yang baru-baru ini menginstruksikan KPU di daerah untuk membuka kotak suara dinilai Badan Pengawas Pemilu tidak menyalahi aturan. Alasannya, pembukaan kotak suara dilakukan untuk proses penyiapan alat bukti sengketa pemilu presiden di Mahkamah Konstitusi.

Komisioner Bawaslu, Nasrullah, Jumat (1/8/2014), mengatakan, KPU memiliki alasan kuat untuk membuka kotak suara tersebut. Sebab, jika keputusan itu tidak diambil KPU, tak hanya KPU pusat, tetapi juga KPU di daerah, yang tak akan bisa mempertanggungjawabkan proses pilpres di hadapan majelis hakim MK.

"KPU butuh persiapan yang baik untuk menjawab sengketa pilpres. Pembukaan kotak suara dilakukan agar proses persidangan dapat berjalan lancar," kata Nasrullah.

Menurut dia, dokumen yang dibutuhkan KPU terkait pembukaan kotak suara antara lain berita acara, formulir C1 plano, dan data daftar pemilih. Oleh karena itu, kehadiran Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu), saksi, dan pihak keamanan diperlukan untuk menjaga proses tersebut. "Kehadiran Panwaslu, saksi, dan keamanan, saya rasa cukup untuk menjaga keaslian dokumen serta memastikan KPU tidak melakukan kecurangan atas kebijakan itu," tambahnya.

Sebelumnya, sesuai Surat Instruksi KPU Nomor 1149/KPU/VII/2014, KPU menginstruksikan KPU di daerah untuk membuka kotak suara. Kebijakan itu untuk menyiapkan alat bukti KPU di MK.

Menurut Totok Haryono dari Divisi Hukum KPU Kabupaten Malang, Jawa Timur, pemeriksaan kotak suara untuk memenuhi dugaan manipulasi jumlah daftar pemilih khusus tambahan (DPKTb) yang dituduhkan. "Hasil pemeriksaan, tak ada masalah DPKTb. Pemeriksaan kotak suara pun dapat diterima para saksi," ujarnya.

Komisioner KPU, Hadar Nafis Gumay, mengatakan, pembukaan surat suara tidak melanggar peraturan apa pun. Setelah kotak suara dibuka dan persiapan alat bukti selesai, kotak suara kembali dikunci dan disegel. "Proses pembukaan kotak suara pernah kami lakukan saat persiapan KPU menghadapi sengketa pemilu legislatif lalu," ujar Hadar.

Terkait dengan persiapan KPU menghadapi gugatan, Jumat malam, KPU menggelar rapat koordinasi dengan perwakilan 23 KPU daerah. Rapat untuk pertama kalinya dihadiri kuasa hukum KPU, Adnan Buyung Nasution. "Ini pertemuan pertama dengan KPU sebagai kuasa hukum. Karena itu, saya ingin tahu persoalan sengketa pilpres. Setelah itu saya akan pelajari gugatan pemohon. Hal itu saya butuhkan sebagai bahan persiapan materi di persidangan," kata Adnan, yang akan didampingi 13 pengacara lainnya.

Lapor ke DKPP

Sementara itu, tim hukum calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, yang tidak terima dengan penjelasan KPU karena dibukanya kotak suara pilpres di sejumlah daerah, akhirnya lapor ke Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP). Namun, karena kantor DKPP masih tutup, mereka pulang dan akan hadir lagi pekan depan.

"Pembukaan kotak suara harusnya jadi kewenangan MK karena sudah ada gugatan dari kami," ujar Didi Supriyanto, yang didampingi tim hukum lainnya. Hal senada diungkapkan Ketua DPD Gerindra DKI Jakarta M Taufik dan dosen Hukum Tata Negara Universitas Khairun, Ternate, Margarito secara terpisah. (A07/APA/EDN/FER/A12)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com