JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Din Syamsudin heran terhadap hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei yang berbeda. Dia menyebut, perbedaan hasil tersebut menyesatkan opini masyarakat.
"Kan ada semacam lembaga etik yang akan mengaudit lembaga survei. Saya kira itu harus dilakukan," ujar Din di kantornya, Jalan Menteng Raya, Jakarta Pusat, Jumat (11/7/2014) siang.
"Jangan sampai pebedaan itu kemudian jadi buat sesat dan menyesatkan. Itu bisa membuat dampak yang negatif bagi bangsa ini," lanjut Din.
Din meminta semua pihak menahan diri hingga hasil penghitungan suara Komisi Pemilihan Umum (KPU) 22 Juli 2014 yang akan datang. Din juga mengingatkan, perbedaan hasil quick count tersebut tak membuat dua pasangan capres cawapres terbelah. Keduanya harus siap menang dan kalah. Din menegaskan, pihak yang menang dalam pemilihan presiden bukanlah salah satu kandidat, melainkan kemenangan rakyat Indonesia.
"Pilpres ini dalam rangka memilih pemimpin lima tahun, tapi perjalanan bangsa akan lebih panjang lagi, jangan sampai terpecah belah kita," lanjut Din.
Sebelumnya diberitakan, setidaknya ada 12 lembaga survei yang merilis hitung cepat Pilpres 2014. Empat lembaga menyatakan Prabowo-Hatta unggul, yakni Puskaptis, Jaringan Suara Indonesia, Lembaga Survei Nasional dan Indonesia Research Centre.
Adapun, delapan lembaga survei menyatakan Jokowi-JK unggul, yakni Litbang Kompas, Radio Republik Indonesia, Saiful Mujani Research and Consulting, CSIS-Cyrus Network, Lingkaran Survei Indonesia, Indikator Politik Indonesia, Poltracking Institute, dan Populi Center (baca: "Quick Count", Ini Hasil Lengkap 11 Lembaga Survei).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.