Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SBY, Kampanye Hitam, dan "Obor Rakyat"

Kompas.com - 16/06/2014, 10:54 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berulang kali mengingatkan agar semua pihak menghargai pelaksanaan Pemilu 2014. Tak jarang pula, SBY bersikap tegas dan mengecam adanya kampanye hitam. Menilik ke belakang, setidaknya ada tiga kali Presiden menyinggung masalah kampanye hitam.

Pada 24 Mei lalu, Presiden SBY menyinggung soal kampanye hitam dalam akun Facebook dan Twitter-nya. Presiden menyatakan tidak ingin pemilu presiden 2014 berlangsung kasar, saling menghancurkan, dan disertai kampanye hitam.

Menurut dia, menjelang pelaksanaan pemilu presiden ini, bakal calon presiden harus semakin rajin menyampaikan visi, misi, dan solusi yang ditawarkan kepada rakyat.

"Jika semangatnya saling menghancurkan dan merusak, maka respek dan kepercayaan rakyat akan terganggu kepada siapa pun yang terpilih nanti," tulis Presiden dalam akun Facebooknya.

Menurut Presiden, politik memang tentang kekuasaan dan juga siasat. "Tetapi tetaplah ada etikanya, juga tidak melebihi kepatutan," tambah dia.

"Saya tdk menginginkan jika kompetisi Pilpres berlangsung kasar, saling menghancurkan & disertai dgn kampanye hitam (black campaign)," tulis SBY dalam akun Twitter.

Selanjutnya, pada perayaan Isra' Mi'raj pada 28 Mei lalu, Presiden SBY bahkan secara spesifik mengimbau agar menghindari sikap saling memfitnah dan mencaci maki.

"Berkompetisi tentu tidak harus diwarnai oleh caci maki, saling fitnah, dan menghancurkan. Mari kita kedepankan etika dan moral bangsa kita yang luhur dan mulia," ucap Presiden ketika itu.

Saat membuka rapat koordinasi nasional (rakornas) persiapan Pemilu Presiden 2014 di Sentul International Convention Center (SICC) pada 3 Juni lalu, SBY mengingatkan bahwa suhu politik kian memanas. SBY meminta semua pihak mencegah segala tindakan yang bisa menimbulkan kecurigaan dan aduan yang tidak perlu. Apalagi jika kecurigaan itu menimbulkan fitnah.

"Mari kita selamatkan negara kita untuk tidak menjadi lautan fitnah. Fitnah itu musuh agama. Salah satu bentuk fitnah adalah kampanye hitam. Kalau kita lakukan, maka kita berdosa," ujar Ketua Umum Partai Demokrat itu.

Kompas.com/SABRINA ASRIL Pemimpin Redakai Obor Rakyat, Setyardi Budiono.


Namun, peringatan, himbauan, ajakan, hingga kecaman SBY rupanya tak diindahkan oleh anak buahnya sendiri. Setyardi Budiono, stafnya Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan Daerah Velix Wanggai malah membuat tabloid "Obor Rakyat" yang isinya dinilai kampanye hitam terhadap pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Istana pun disorot publik. Velix langsung membantah bahwa tulisan yang tertuang dalam Obor Rakyat terkait Istana. Menurut Velix, hal itu adalah pandangan pribadi Setyardi dan Istana tidak mengetahui rencana Setyardi saat menerbitkan Obor Rakyat.

Juru bicara presiden, Julian Aldrin Pasha menyatakan Presiden SBY terganggu dengan adanya pemberitaan Setyardi dan Obor Rakyat. Sekretaris Kabinet, lanjutnya, akan mengambil tindakan tegas kepada Setyardi. (baca: SBY Terganggu, Staf Istana Terlibat "Obor Rakyat")

Anomali

Pengamat politik dari Charta Politika, Yunarto Wijaya, menilai SBY memang kerap mengeluarkan pernyataan yang jauh berbeda dengan kenyataan. Misalnya, SBY berkali-kali menyerukan pemberantasan korupsi, tetapi kader Partai Demokrat banyak yang masuk bui karena korupsi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Di WWF Ke-10, Jokowi Ungkap 3 Komitmen Indonesia untuk Wujudkan Manajemen Sumber Daya Air Terintegrasi

Di WWF Ke-10, Jokowi Ungkap 3 Komitmen Indonesia untuk Wujudkan Manajemen Sumber Daya Air Terintegrasi

Nasional
Terdakwa Sadikin Rusli Dituntut 4 Tahun Penjara Kasus Pengkondisian BTS 4G

Terdakwa Sadikin Rusli Dituntut 4 Tahun Penjara Kasus Pengkondisian BTS 4G

Nasional
Di WWF 2024, Pertamina NRE Paparkan Upaya Mencapai Pertumbuhan Bisnis Rendah Emisi

Di WWF 2024, Pertamina NRE Paparkan Upaya Mencapai Pertumbuhan Bisnis Rendah Emisi

Nasional
Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Jokowi: Ditanyakan ke yang Tak Mengundang, Jangan Saya

Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Jokowi: Ditanyakan ke yang Tak Mengundang, Jangan Saya

Nasional
Akrab dengan Puan di Bali, Jokowi: Sudah Lama Akrab dan Baik dengan Mbak Puan

Akrab dengan Puan di Bali, Jokowi: Sudah Lama Akrab dan Baik dengan Mbak Puan

Nasional
Jaksa: Eks Anggota BPK Achsanul Qosasi Kembalikan Uang Rp 40 Miliar dalam Kasus Korupsi BTS 4G

Jaksa: Eks Anggota BPK Achsanul Qosasi Kembalikan Uang Rp 40 Miliar dalam Kasus Korupsi BTS 4G

Nasional
WIKA Masuk Top 3 BUMN dengan Transaksi Terbesar di PaDi UMKM

WIKA Masuk Top 3 BUMN dengan Transaksi Terbesar di PaDi UMKM

Nasional
Nadiem Janji Batalkan Kenaikan UKT yang Nilainya Tak Masuk Akal

Nadiem Janji Batalkan Kenaikan UKT yang Nilainya Tak Masuk Akal

Nasional
KPK Periksa Mantan Istri Eks Dirut Taspen Antonius Kosasih

KPK Periksa Mantan Istri Eks Dirut Taspen Antonius Kosasih

Nasional
Bobby Resmi Gabung Gerindra, Jokowi: Sudah Dewasa, Tanggung Jawab Ada di Dia

Bobby Resmi Gabung Gerindra, Jokowi: Sudah Dewasa, Tanggung Jawab Ada di Dia

Nasional
Kapolri Diminta Tegakkan Aturan Terkait Wakapolda Aceh yang Akan Maju Pilkada

Kapolri Diminta Tegakkan Aturan Terkait Wakapolda Aceh yang Akan Maju Pilkada

Nasional
Jelaskan ke DPR soal Kenaikan UKT, Nadiem: Mahasiswa dari Keluarga Mampu Bayar Lebih Banyak

Jelaskan ke DPR soal Kenaikan UKT, Nadiem: Mahasiswa dari Keluarga Mampu Bayar Lebih Banyak

Nasional
Kasus BTS 4G, Eks Anggota BPK Achsanul Qosasi Dituntut 5 Tahun Penjara dan Denda Rp 500 Juta

Kasus BTS 4G, Eks Anggota BPK Achsanul Qosasi Dituntut 5 Tahun Penjara dan Denda Rp 500 Juta

Nasional
Kemensos Gelar Baksos di Sumba Timur, Sasar ODGJ, Penyandang Kusta dan Katarak, hingga Disabilitas

Kemensos Gelar Baksos di Sumba Timur, Sasar ODGJ, Penyandang Kusta dan Katarak, hingga Disabilitas

Nasional
Nadiem Tegaskan Kenaikan UKT Hanya Berlaku bagi Mahasiswa Baru

Nadiem Tegaskan Kenaikan UKT Hanya Berlaku bagi Mahasiswa Baru

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com