Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Visi Misi Jokowi-JK terkait Buruh Dianggap Lebih Realistis

Kompas.com - 07/06/2014, 17:13 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Visi misi calon presiden Joko Widodo dan wakilnya, Jusuf Kalla, yang berkaitan dengan kesejahteraan buruh dianggap lebih realistis untuk diwujudkan. Kepala Divisi Advokasi Trade Union Rights Centre (TURC) Dina Ardianti menilai, visi dan misi Jokowi-Kalla lebih detil, dan menunjukkan adanya peran negara dalam memperjuangkan kesejahteraan buruh.

"Versi Jokowi lebih realistis karena ambil peran perumahan dan transportasi, anggaran APBN, ada komitmen untuk itu," kata Dina di Jakarta, Sabtu (7/6/2014).

Dia membandingkan visi misi Jokowi-Kalla dengan visi misi capres/cawapres lainnya, Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Kepada buruh, pasangan ini menjanjikan program tiga layak, yakni kerja layak, upah layak, dan hidup layak. Sedangkan Prabowo-Hatta berjanji untuk memenuhi sepuluh tuntutan buruh dan rakyat atau spultura. Menurut Dina, spultura yang dijanjikan Prabowo-Hatta sulit direalisasikan. "Spultura itu sangat buruh sekali dan tidak mudah dilakukan," sambungnya.

Program itu, dinilai Dina, lebih bertumpu pada kontrak antara pengusaha dengan buruh. Menurutnya, tidak ada campur tangan pemerintah jika merujuk pada spultura yang dijanjikan Prabowo-Hatta.

"Program spultura kembali membenturkan buruh dengan pengusaha, ini sulit, tidak baik untuk buruh maupun iklim investasi," lanjutnya.

Dina juga menilai, rekam jejak calon presiden/wakil presiden perlu diperhatikan. Bagi kaum buruh, menurutnya, diperlukan capres/cawapres yang tidak punya latar belakang represif terhadap buruh.

"Karena buruh mendapatkan haknya melalui perjuangan, demonstrasi, aksi, kalau rezimnya represif, bagaimana masa depan buruh?" ucapnya.

Pada kesempatan yang sama, aktivis Migrant Care Wahyu Susilo menyampaikan pendapat senada. Menurutnya, visi misi pasangan Jokowi-Kalla lebih maksimal dalam memperjuangkan kesejahteraan buruh.

Jokowi-Kalla, katanya, menjanjikan untuk memperjuangkan perlindungan buruh melalui diplomasi luar negeri. Mereka berjanji akan menempatkan pengacara di setiap kedutaan besar RI untuk mengurusi masalah warga negara Indonesia di luar negeri, termasuk tenaga kerja Indonesia (TKI).

"Calon kedua di politik luar negeri ada komitmen diplomsi perlindungan kelompok migran. Buruh migran adalah kelompok marginal yang harus dapatkan perlindungan maksimal," ucapnya.

Selain itu, kata Wahyu, pasangan tersebut menjanjikan upaya perbaikan kesejahteraan buruh melalui legislasi atau peraturan perundang-undangan.

"Mereduksi peran sektor bsinis yang selama ini menjadi kelompok eksploitasi buruh migran. Jelas mana yang visinya lebih punya perspektif buruh migran," sambungnya.

Kendati demikian, Wahyu dan Dina mengingatkan masyarakat untuk menagih janji para capres dan cawapres jika terpilih nanti. Keduanya juga meminta para capres/cawapres mewujudkan janji-janji mereka dalam meningkatkan kesejahteraan buruh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menko PMK Sebut Pinjamkan Nomor Rekening ke Pelaku Judi 'Online' Bisa Dipidana

Menko PMK Sebut Pinjamkan Nomor Rekening ke Pelaku Judi "Online" Bisa Dipidana

Nasional
Satgas Kantongi Identitas Pemain Judi Online, Bandar Belum Jadi Prioritas

Satgas Kantongi Identitas Pemain Judi Online, Bandar Belum Jadi Prioritas

Nasional
PKS Usung Anies-Sohibul Iman di Pilkada Jakarta, Tutup Peluang Cawagub dari Nasdem atau PDI-P?

PKS Usung Anies-Sohibul Iman di Pilkada Jakarta, Tutup Peluang Cawagub dari Nasdem atau PDI-P?

Nasional
Sudahi Manual, Waktunya Rekapitulasi Pemilu Elektronik

Sudahi Manual, Waktunya Rekapitulasi Pemilu Elektronik

Nasional
Menko PMK Minta Warga Waspadai Penyalahgunaan Rekening untuk Judi 'Online'

Menko PMK Minta Warga Waspadai Penyalahgunaan Rekening untuk Judi "Online"

Nasional
Saksi Ungkap Perubahan Konstruksi Tol MBZ dari Beton Jadi Baja untuk Bantu Industri Baja Nasional

Saksi Ungkap Perubahan Konstruksi Tol MBZ dari Beton Jadi Baja untuk Bantu Industri Baja Nasional

Nasional
Pendidikan dan Penguatan Demokrasi

Pendidikan dan Penguatan Demokrasi

Nasional
Divonis 9 Tahun Penjara di Kasus LNG, Karen Agustiawan Banding

Divonis 9 Tahun Penjara di Kasus LNG, Karen Agustiawan Banding

Nasional
Jokowi Kunker ke Kalimantan Tengah untuk Cek Bantuan Pompa Air

Jokowi Kunker ke Kalimantan Tengah untuk Cek Bantuan Pompa Air

Nasional
Saat Kominfo Mengaku Tak Takut terhadap Peretas PDN yang Minta Rp 131 Miliar, Klaim Pegawainya Kerja 24 Jam

Saat Kominfo Mengaku Tak Takut terhadap Peretas PDN yang Minta Rp 131 Miliar, Klaim Pegawainya Kerja 24 Jam

Nasional
Gerindra: Prabowo Tak Berhalangan untuk Menemui Lawan Politik

Gerindra: Prabowo Tak Berhalangan untuk Menemui Lawan Politik

Nasional
Komisi I DPR Panggil Menkominfo dan BSSN Besok, Tuntut Penjelasan soal PDN Diserang

Komisi I DPR Panggil Menkominfo dan BSSN Besok, Tuntut Penjelasan soal PDN Diserang

Nasional
Satgas Pemberantasan Judi Online Tak Langsung Sasar Bandar, Prioritaskan Pencegahan

Satgas Pemberantasan Judi Online Tak Langsung Sasar Bandar, Prioritaskan Pencegahan

Nasional
Pendaftaran Capim dan Dewas KPK 2024-2029 Mulai Dibuka

Pendaftaran Capim dan Dewas KPK 2024-2029 Mulai Dibuka

Nasional
PKK sampai Karang Taruna Dilibatkan Buat Perangi Judi 'Online'

PKK sampai Karang Taruna Dilibatkan Buat Perangi Judi "Online"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com