Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok: Jangan Kampanye Rasial

Kompas.com - 04/06/2014, 16:47 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -- Penasihat tim pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama, meminta agar mereka tidak melakukan kampanye hitam terhadap lawan politik. Ia menilai kampanye tersebut justru menguntungkan pihak yang diserang.

Ia pun memberi contoh saat berkampanye bersama Gubernur DKI Jakarta Joko "Jokowi" Widodo pada Pilkada DKI 2012. Saat itu, Jokowi-Ahok bersaing melawan pasangan calon gubernur-calon wakil gubernur Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli.

Saat debat cagub-cawagub di salah satu stasiun televisi, Nachrowi sempat melempar pernyataan yang bersifat rasial, yaitu "haiya".

"Kalau dulu Nachrowi Ramli tidak bilang haiya, mungkin Fauzi Bowo yang akan menang. Yang seperti itu malah bisa berkebalikan. Jadi harus pikirkan cara kampanye yang baik. Apalagi ini kan Jakarta," katanya di Balaikota Jakarta, Rabu (4/6/2014).

Tak hanya itu, Ahok juga menilai, saat ini warga masyarakat cenderung bersikap antipati terhadap politisi yang sering melontarkan pernyataan berbau rasial. Lebih baik, katanya, kampanye dilakukan dengan memaparkan program-program di media.

"Jadi jangan kampanye soal Jokowi keturunan China Kristen, karena keluarga Prabowo kan juga Kristen," ujarnya.

Pada Rabu siang, Ahok bertemu dengan tiga anggota tim pemenangan Prabowo-Hatta untuk wilayah DKI Jakarta, yakni Abraham Lunggana (PKS), Triwisaksana (PKS), dan Mohammad Taufik (Gerindra). Ketiganya mendatangi Ahok untuk meminta saran mengenai strategi kampanye.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com