Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wasekjen Hanura: Hary Tanoe Sudah Jadi Masa Lalu yang Menyedihkan

Kompas.com - 06/05/2014, 09:37 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Jebloknya perolehan suara Partai Hanura pada Pemilu Legislatif 2014 membuat kondisi di internal partai itu memanas. Sejumlah pengurus melimpahkan kesalahan kepada Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Hanura. Sebagai pimpinan Bappilu, Hary Tanoesodibjo didesak mundur.

"Kami memandang Hary Tanoe sudah menjadi masa lalu Hanura, masa lalu yang menyedihkan," kata Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Hanura Kristiawanto saat dihubungi, Selasa (6/5/2014).

Kristiawanto mengaku, semakin geram karena Hary Tanoe seperti tak menyadari kesalahannya. Hal itu tampak dari masih ditayangkannya iklan Hanura yang memuat pasangan bakal calon presiden Wiranto dan bakal calon wakil presiden Hary Tanoe.

Menurut Kristiawanto, iklan-iklan tersebut justru membelenggu Ketua Umum Hanura Wiranto dalam membuka peluang koalisi. Atas dasar itu, ia juga meminta Hary Tanoe menghentikan semua iklan itu dan menyadari kegagalannya membawa Hanura berjaya di Pileg 2014.

"Sangat naif sekali. Saya memandang iklan tersebut tidak ada manfaatnya, justru membelenggu dalam menentukan arah koalisi. Hentikan iklan itu karena pemilu sudah usai dan perolehan Hanura tidak signifikan," ungkapnya.

Rendahnya perolehan suara Hanura di Pileg 2014 menyulut kritik di internal. Selain Kristiawanto, Ketua DPP Partai Hanura Yuddy Chrisnandi juga menuntut Hary Tanoe mundur karena tak mampu menjalankan tugas dalam memaksimalkan kemenangan Hanura. Berdasarkan hasil hitung cepat, Hanura berada di posisi 10.

Meski begitu, Ketua DPP Partai Hanura Sarifuddin Sudding terus membela Hary Tanoe. Ia mengatakan, partainya tak dapat dikatakan gagal di pileg tahun ini karena perolehan suaranya meningkat sekitar dua persen di Pileg 2014.

Sudding menuturkan, dalam mengupayakan pemenangan pileg, Hary Tanoe telah menjalankan sejumlah program nyata di tengah masyarakat. Mengenai munculnya kritik di internal, ia menilai, penyebabnya karena ada pihak yang terganggu dengan sepak terjang Hary Tanoe.

Pasalnya, semua program pemenangan diambil alih oleh Hary Tanoe sehingga tak ada lagi celah untuk orang lain mencuri kesempatan saat program-program itu digulirkan.

"Kita enggak bisa membebankan pemenangan partai pada satu orang. Sungguh sangat disesalkan yang selama ini hanya pandai mengkritik, tapi tak mau introspeksi dan sumbangannya kepada partai enggak ada," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Spesifikasi 2 Kapal Patroli Cepat Terbaru Milik TNI AL

Spesifikasi 2 Kapal Patroli Cepat Terbaru Milik TNI AL

Nasional
Jokowi Panen Ikan Nila Salin di Tambak Air Payau di Karawang

Jokowi Panen Ikan Nila Salin di Tambak Air Payau di Karawang

Nasional
Momen Hakim MK Tegur Kuasa Hukum Caleg yang Mendebatnya

Momen Hakim MK Tegur Kuasa Hukum Caleg yang Mendebatnya

Nasional
Kejar Pemerataan Dokter Spesialis, Kemenkes Luncurkan Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis RS Pendidikan

Kejar Pemerataan Dokter Spesialis, Kemenkes Luncurkan Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis RS Pendidikan

Nasional
Jokowi Bakal Bisiki Prabowo Anggarkan Program Budi Daya Nila Salin jika Menjanjikan

Jokowi Bakal Bisiki Prabowo Anggarkan Program Budi Daya Nila Salin jika Menjanjikan

Nasional
Ma'ruf Amin: 34 Kementerian Sudah Cukup, tetapi Bisa Lebih kalau Perlu

Ma'ruf Amin: 34 Kementerian Sudah Cukup, tetapi Bisa Lebih kalau Perlu

Nasional
Ada Gugatan Perdata dan Pidana, KPK Mengaku Harus Benar-benar Kaji Perkara Eddy Hiariej

Ada Gugatan Perdata dan Pidana, KPK Mengaku Harus Benar-benar Kaji Perkara Eddy Hiariej

Nasional
Jokowi Resmikan Modeling Budi Daya Ikan Nila Salin di Karawang

Jokowi Resmikan Modeling Budi Daya Ikan Nila Salin di Karawang

Nasional
Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Nasional
Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Nasional
Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Nasional
Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Nasional
Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Nasional
Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Nasional
Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com