Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Radar Militer Indonesia Tak Deteksi Pesawat Malaysia Airlines

Kompas.com - 19/03/2014, 16:12 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menegaskan bahwa militer Indonesia tidak pernah menerima sinyal apa pun dari pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang kontak pada 8 Maret 2014. Purnomo menduga, pesawat itu terbang di luar jangkauan radar yang dimiliki Pemerintah Indonesia.

"Kami punya sistem radar militer di Sabang, dan pada pagi hari itu, radar kami tidak menerima deteksi dari pesawat mana pun, termasuk pesawat asing. Tidak ada," ujar Purnomo di sela acara Jakarta International Defense Dialogue (JIDD) di Jakarta, Rabu (19/3/2014).

Purnomo mengungkapkan bahwa radar militer Indonesia lebih kuat dibandingkan dengan radar komersial mana pun. Radar ini, lanjutnya, tetap bisa menangkap sinyal pesawat, meski transponder di pesawat dimatikan. Namun, pada tanggal 8 Maret itu, radar militer Indonesia sama sekali tak mendeteksi keberadaan MH370.

Purnomo menduga bahwa MH370 terbang di sekitar perbatasan Thailand atau utara Malaysia. Wilayah ini, lanjutnya, di luar jangkauan radar Indonesia.

Purnomo menambahkan, Pemerintah Indonesia tetap berkomitmen membantu Malaysia dalam mencari pesawat Boeing tersebut. Pencarian pun sudah dilakukan ke Samudra Hindia.

Indonesia, sebutnya, menurunkan pesawat pengintai jenis CN235 dan Boeing 737-200. Namun, karena keterbatasan bahan bakar dan wilayah Samudra Hindia yang begitu luas, Indonesia hingga kini masih belum berhasil menemukan pesawat MH370.

"Meski demikian, kami akan bekerja dengan keterbatasan kami," pungkas Purnomo.

Pesawat Malaysia Airlines MH370 terbang dengan tujuan Beijing pada 8 Maret lalu. Namun, pesawat dinyatakan hilang ketika bertolak dari Kuala Lumpur. Data menunjukkan bahwa pesawat itu membawa 239 penumpang. Dari jumlah tersebut, 153 penumpang adalah warga negara China, 38 warga negara Malaysia, dan 7 warga negara Indonesia.

Harian The New York Times memberitakan, MH370 mengalami perubahan ketinggian secara signifikan setelah pesawat keluar dari jalur seharusnya, dan keluar dari jangkauan radar sipil.

Sinyal radar yang terekam militer Malaysia menunjukkan bahwa pesawat naik ke ketinggian 45.000 kaki (13.716 km), melebihi batas maksimum ketinggian pesawat Boeing 777-200. Pesawat kemudian berbelok ke barat, dan turun ke ketinggian 23.000 kaki (7.104 km), melebihi batas minimum yang dianjurkan.

Menurut pejabat senior di AS yang tidak disebutkan namanya, pesawat itu berbelok karena digerakkan menggunakan sistem manajemen penerbangan yang diprogram oleh seseorang di kokpit pesawat. Pelaku ini dinilai paham soal sistem pesawat terbang. Siapa pun yang mengubah arah pesawat tersebut, ia pasti tahu banyak mengenai pesawat Boeing.

Di Kuala Lumpur, Pejabat Menteri Transportasi Malaysia, Hishammuddin Hussein, mengatakan, area pencarian MH370 seluas 2,24 juta mil persegi laut (4,14 juta km) atau sama dengan luas Australia. Koridor utara mulai dari Thailand hingga perbatasan Kazakhstan dan Turkmenistan, dan dari Indonesia hingga Samudra Hindia di selatan. Pencarian melibatkan pesawat dan kapal dari 26 negara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jelang Hari Jadi Ke-731, Pemkot Surabaya Gelar Berbagai Atraksi Spektakuler

Jelang Hari Jadi Ke-731, Pemkot Surabaya Gelar Berbagai Atraksi Spektakuler

BrandzView
Resmi Ditahan, Gus Muhdlor Punya Harta Rp 4,7 Miliar

Resmi Ditahan, Gus Muhdlor Punya Harta Rp 4,7 Miliar

Nasional
KPK Sebut Gus Muhdlor Terima Uang Korupsi Lewat Sopirnya

KPK Sebut Gus Muhdlor Terima Uang Korupsi Lewat Sopirnya

Nasional
Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

Nasional
Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

Nasional
Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

Nasional
Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

Nasional
Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

Nasional
Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Nasional
JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang 'Toxic'

JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang "Toxic"

Nasional
Tanggapi Luhut soal Orang 'Toxic', Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Tanggapi Luhut soal Orang "Toxic", Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Nasional
Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Nasional
Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim 'Red Notice' ke Interpol

Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim "Red Notice" ke Interpol

Nasional
Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Nasional
Anggap 'Presidential Club' Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Anggap "Presidential Club" Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com