Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebab Kami Menyayangi Ibu Tri Rismaharini

Kompas.com - 17/02/2014, 19:48 WIB
Catatan Kaki Jodhi Yudono

Pada minggu kedua bulan Februari ini, kita beroleh pelajaran berharga dari percakapan Najwa Shihab dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini melalui acara Mata Najwa yang ditayangkan melalui Metro TV pada 12 Februari 2014.

Lantas, Metro TV juga memutar ulang tayangan tersebut sepekan sesudahnya. Maka, kita pun menjadi saksi atas kebaikan hati perempuan bernama Tri Rismaharini ini. Cerita kebaikan beliau bermunculan di mana-mana, terutama melalui media sosial. Tak kurang, Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Sarlito Wirawan menulis kesalehan perempuan sederhana yang hebat itu. Saya juga mendapatkan sebuah artikel di Kompasiana yang menulis begini:

Saat akan dipilih sebuah partai untuk mejadi calon wali kota Surabaya, dia menelepon seorang kiai pimpinan pesantren untuk meminta doa agar tidak terpilih menjadi wali kota. Alasannya, sebagai perempuan dia tidak sekuat Umar bin Khattab yang mampu memanggul beras untuk orang-orang miskin.

Hal ini tidak lepas dari cerita yang sampai kini terus diingatnya saat di sekolah madrasah dulu, dan entah mengapa cerita itu terus diingatnya saat menjadi wali kota, yakni cerita seorang ibu yang memasak batu untuk menghibur anaknya. Padahal sang ibu saat itu tidak punya sesuatu untuk dimasak. Bagaimanapun dan selama apa pun batu dimasak, maka juga tidak akan matang. Saat itu Khalifah Umar bin Khattab tahu karena "blusukan" ke kampung-kampung.

Ya, Bu Risma memang ingin meniru Umar bin Khatab sebagai seorang pemimpin. Yakni pemimpin yang tahu persoalan rakyatnya, terutama mereka yang miskin dan papa. Bu Risma juga ingin meniru sahabat Umar yang ingin menjadikan Surabaya seperti Madinah dalam hal toleransi beragama maupun antar-etnis.

Ketika Risma benar-benar terpilih menjadi wali kota, beliau pun melaksanakan keinginannya membantu satu per satu orang miskin di Surabaya agar kelak di akhirat dia tidak mendapat murka dari Allah SWT.

Selain datang ke berbagai kampung di Surabaya, dia juga mengumpulkan seluruh lurah dan camat agar mendata orang-orang yang membutuhkan bantuan di daerah mereka. Di mobilnya juga selalu ada beras yang dibawa.

Tak cuma di dalam negeri empati Risma terhadap rakyatnya teruji, saat di luar negeri pun ingatan Risma hanya kepada rakyatnya semata, tidak pada oleh-oleh barang mewah seperti yang dilakukan oleh bupati atau wali kota lain saat mendapat undangan ke negeri Swiss beberapa waktu lalu.

Saat di Swiss, si penulis blog di Kompasiana yang bernama Arif Khunaifi itu menulis, banyak sekali bupati dan wali kota sedunia yang belanja jam tangan. Irfan, kepala satpol PP yang mendampingi Ibu Risma, mengatakan bahwa harga jam tangan Rp 125 juta, dan sudah banyak bupati dan wali kota yang membelinya.

Kemudian Irfan datang lagi dan mengatakan, ada bupati yang wilayahnya masih bertetangga dengan Surabaya yang membeli jam tangan seharga Rp 275 juta. Kemudian Bu Risma mengatakan kepada Irfan agar tidak bercerita lagi mengenai mereka. Namun, Bu Risma sempat berpikir, dari mana mereka dapat uang sebanyak itu? Dia juga berpikir alangkah banyak beras yang bisa dibeli untuk orang miskin.

***

TRIBUNNEWS/DANY PERMANA Wali Kota Surabaya, Jawa Timur, Tri Rismaharini (kiri), usai menerima Piala Adipura Kencana dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/3/2013). Perayaan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2013 diperingati dengan pemberian penghargaan Adipura bagi kota/provinsi dan Kalpataru bagi individu yang peduli pada lingkungan hidup.

Ada hal yang selama ini kita cari bernama keteladanan, namun selalu saja luput kita dapatkan, lantaran sebagian yang kita kira bernama teladan ternyata tak lebih hanya kepura-puraan atau pencitraan.

Sampai akhirnya kita pun mendapat kesimpulan bahwa apa yang kita saksikan tentang pemimpin di televisi dan media lainnya tak lebih dari "tipu-tipu" dan bualan semata. Maka gambaran tersebut pun kian memperlihatkan bentuknya yang vulgar saat pemilu menjelang. Mereka yang kita tahu tak pernah terlibat dalam urusan orang miskin, kesehatan, pendidikan, dan masa depan bangsa ini, hari-hari belakangan "berpura-pura" jadi jagoan yang seolah peduli dengan derita wong cilik.

Untunglah, kepekaan kita sudah terlatih, tahu bagaimana memilah dan memilih; siapa yang tulus dan siapa yang berakal bulus.

Pengalaman juga yang akhirnya mengajarkan bahwa ada yang tak bisa dibuat-buat, dan itu bernama ketulusan. Sebuah kata yang mampu memancarkan resonansi dan menggerakkan siapa pun yang masih memiliki nurani dan rindu akan kebenaran.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Nasional
Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Nasional
Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Nasional
TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

Nasional
Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Nasional
PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

Nasional
Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Nasional
Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Nasional
Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Nasional
PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

Nasional
Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Nasional
Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Nasional
Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Nasional
Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Nasional
Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com