Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Strategi KPU Jangkau Pemilih Luar Negeri

Kompas.com - 10/12/2013, 17:18 WIB
Deytri Robekka Aritonang

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Berbagai cara diupayakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk meningkatkan partisipasi pemilih Pemilu 2041 di luar negeri. Komisioner KPU Hadar Nafis Gumay mengatakan, KPU menyiapkan tiga strategi untuk memberikan pelayanan terhadap pemilih untuk memberikan suara.

Salah satunya adalah, menyediakan tempat pemungutan suara (TPS) di tempat banyak warga negara Indonesia (WNI) berkumpul di luar negeri. TPS tesebut dibuat sepanjang diizinkan otoritas negara setempat. Selain itu, TPS pastinya disediakan di kantor perwakilan Indonesia.

“Seperti masyarakat Indonesia yang berada di komunitas gereja. Atau misalnya di Hongkong itu di Victoria Park, tempat di mana warga negara kita banyak berkumpul,” kata Hadar saat uji publik Rancangan Peraturan KPU tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Pemungutan Suara dan Pengitungan Suara (Tungsura) bagi Warga Negara Indonesia di Luar Negeri, di Kantor KPU, Jakarta Pusat, Selasa (10/12/2013).

Upaya lainnya, lanjut Hadar, menyediakan layanan pos. Pemilih luar negeri dapat memberikan suaranya melalui pos. Ia mengatakan, kemungkinan pemberian surat suara melalui pos akan diumumkan oleh ketua panitia pemilihan luar negeri (PPLN) negara setempat paling lambat 60 hari sebelum hari pemungutan suara di luar negeri.

Pasca pengumuman itu, lanjut Hadar, pemilih harus mengonfirmasi bahwa akan menggunakan hak suaranya melalui pos paling lambat 46 hari sebelum hari H. Hadar menyampaikan, berdasarkan konfirmasi tersebut, ketua PPLN akan mengirimkan surat suara dan perangko yang akan digunakan pemilih untuk mengirimkan surat suara yang telah dicoblos.

“Dari pengalaman, pemilih lebih banyak angkanya yang menyampaikan suara  melalui pos dibanding yang datang ke TPSLN (Tempat Pemungutan Suara Luar Negeri)” paparnya.  

Cara ketiga adalah, KPU menyebarkan drop box. Hadar mengatakan, petugas pemilu akan membawa kotak suara ke tempat-tempat di mana banyak penduduk Indonesia. Nantinya pemilih bisa memasukan surat suara tersebut ke dalam kotak itu.

“Ini memudahkan para pekerja kita yang agak jauh dari kantor perwakilan yang biasanya TPLSN berada, sehingga sulit bagi mereka untuk datang. Jadi ada petugas membawa kotak suara kemudian mereka memasukannya,” ujar Hadar.

KPU menggelar uji publik atas Rancangan PKPU Tungsura bagi WNI di Luar Negeri. Selain Hadar, hadir juga dalam uji publik itu, Komisioner KPU Ida Budhiati, Arief Budiman dan Juri Ardiantoro. KPU menguji aturan yang dirancangnya dengan melibatkan partai politik peserta pemilu, lembaga swadaya masyarakat (LSM) pemantau pemilu dan awak media.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com