Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Kerja Sama dengan Kepolisian Australia, Polri Tunggu Sikap Pemerintah

Kompas.com - 28/11/2013, 07:12 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Imbas terkuaknya praktik penyadapan oleh intelijen Australia terhadap telepon para petinggi negara di Indonesia, Kepolisian Republik Indonesia menghentikan kerja sama dengan Kepolisian Australia (AFP). Surat klarifikasi dari Perdana Menteri Australia Tony Abbott tak langsung memulihkan kerja sama dua institusi kepolisian itu.

"Sampai saat ini kami masih menghentikan kerja sama dengan AFP," kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Ronny Franky Sompie di Mabes Polri, Rabu (27/11/2013). Penghentian kerja sama, ujar dia, akan dilakukan sampai ada sikap tegas Pemerintah Indonesia atas status hubungan diplomatik dengan Australia.

"Kami masih menunggu keputusan Pak Presiden soal itu (hubungan bilateral)," kata Ronny. Jika Pemerintah melanjutkan hubungan bilateral kedua negara, papar dia, kerja sama kedua institusi kepolisian itu pun akan dipulihkan. Demikian pula bila sebaliknya yang terjadi, kerja sama tak akan dilanjutkan.

Kerja sama di antara dua institusi kepolisian yang dihentikan, sebut Ronny, antara lain pertukaran informasi intelijen terkait penyelundupan dan perdagangan orang (people smuggling). Selama ini, kerja sama itu dilakukan AFP dan Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri.

Perdagangan orang menjadi isu yang erat berkaitan dengan gelombang pencari suaka ke Australia. Imigran gelap, kebanyakan datang dari kawasan Timur Tengah, melewati wilayah Indonesia untuk dapat menjangkau Pulau Christmas di perairan Australia.

Penyadapan oleh intelijen Australia diungkapkan oleh mantan analis di Badan Keamanan Nasional (NSA) Amerika Serikat, Edward Snowden. Disebutkan bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ani Yudhoyono, dan tujuh pejabat tinggi negara telah menjadi sasaran penyadapan telepon oleh intelijen Australia pada 2009.

Menyusul kontroversi yang mencuat, Abbott telah mengirimkan surat kepada Presiden SBY terkait masalah penyadapan tersebut. Ada tiga pesan tertuang di dalam surat itu.

Pertama, Abbott menyatakan, Australia ingin menjaga dan melanjutkan hubungan bilateral kedua negara. Kedua, Abbott berkomitmen Australia tidak akan melakukan sesuatu di masa depan yang akan merugikan ataupun mengganggu Indonesia.

Ketiga, Abbott setuju dan mendukung usul SBY agar dilakukan penataan kembali kerja sama bilateral, termasuk pertukaran intelijen dengan menyusun protokol/kode etik yang jelas, adil, dan dipatuhi.

Menanggapi hal tersebut, SBY berniat mengajak Australia menyusun kembali protokol dan kode etik hubungan kedua negara. Respons tersebut disampaikan SBY dalam keterangan pers seusai rapat terbatas membahas surat balasan Abbott, Selasa (26/11/2013) di Kantor Presiden.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Nasional
Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Nasional
Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Nasional
Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Nasional
Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Nasional
Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Nasional
Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Nasional
Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Nasional
Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Nasional
Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Nasional
Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Nasional
Utak-atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Utak-atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Nasional
Gibran Lebih Punya 'Bargaining' Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Nasional
'Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran'

"Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com