Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sindiran Megawati untuk Perempuan Indonesia

Kompas.com - 09/10/2013, 13:46 WIB
Sandro Gatra

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengkritik kondisi perempuan Indonesia saat ini. Menurutnya, perempuan kini mengalami kemunduran, terutama dalam memperjuangkan hak.

"Perempuan Indonesia mengalami kemunduran dibanding ibu-ibu kita pejuang kemerdekaan. Mereka punya dedikasi yang sangat kuat," kata Megawati saat diskusi Perempuan dan Peradaban Indonesia di Kantor DPP PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu (9/10/2013).

Diskusi dihadiri Direktur Megawati Institute Musdah Mulia, Ketua DPP PDI-P Puan Maharani, politisi PDI-P Rieke Diah Pitaloka, dan para aktivis perempuan lainnya.

Megawati mengakui bahwa perempuan Indonesia kini sudah maju. Namun, menurutnya, kemajuan itu masih secara individu, minim melakukan pergerakan bersama-sama menyikapi berbagai masalah yang dialami perempuan.

Ia pun menyinggung tindakan penjualan perempuan yang semakin marak, perempuan yang bekerja ke luar negeri sebagai TKI, ibu-ibu terkena HIV akibat perilaku suami, rendahnya tingkat pendidikan kaum perempuan di daerah, tingginya angka kematian ibu hamil, dan rendahnya kepedulian terhadap lingkungan.

Presiden kelima RI ini juga bercerita tentang pengalamannya ketika bertemu para ibu di desa-desa. Mereka, katanya, tidak terbuka mengenai kondisi rumah tangganya. Ketika terjadi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) oleh suami, mereka memilih diam. Padahal, kata Megawati, sudah ada undang-undang yang khusus mengatur KDRT.

Ia lalu membandingkan dengan perjuangan perempuan Indonesia terdahulu, seperti RA Kartini, Laksamana Malahayati, Cut Nyak Dhien, dan lainnya. Mega juga menyinggung perjuangan Malala Yousafzai, remaja Pakistan yang ditembak tepat di kepalanya lantaran mengampanyekan pendidikan buat anak-anak perempuan.

"Kita sendiri ke mana? Kenapa berdiam diri ketika harga-harga naik? Menggerutu bisa, tapi sebagai pergerakan tidak ada. Diam semua. Bagaimana kita mau bicara trafficking kalau akar masalahnya ada pada kita? Jangan salahkan siapa-siapa, yang salah kita. Saya bilang ke Mbak Puan, penerus saya harus bersuara lantang," kata Megawati.

Tak berhenti di situ. Megawati menyindir ketika kaum perempuan mendesak parpol agar memenuhi 30 persen kuota perempuan dalam daftar calon anggota legislatif. Namun, saat diminta masuk ke partai politik, mereka menolak.

"Saya tanya mau enggak masuk PDI-P? Mau, tapi enggak dapat izin dari suami," kata Megawati disambut tawa para peserta diskusi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com