Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Revolusi Bermula dari Sini

Kompas.com - 30/09/2013, 06:46 WIB
Catatan Kaki Jodhi Yudono

Indonesia boleh saja dijajah Belanda selama berabad-abad, dijajah Jepang tiga setengah tahun, tapi tahukah anda, ternyata Indonesia pula yang mengawali revolusi rasa di seluruh dunia.

Sejak abad 15 itulah, lidah warga India, Timur Tengah, Eropa, dan sekarang boleh jadi seluruh warga dunia telah merasai bumbu masakan yang awalnya berasal dari kepulauan Nusantara, terutama dari Maluku dan sekitarnya.

Dari kepulauan kaya rempah-rempah itulah, warga dunia kini mengenal cengkih, pala, kapulaga, kayu manis, vanili, dan lain-lain. Jika bumbu-bumbu itu berasal dari Nusantara, itu artinya kita sudah terlebih dahulu mengenal aneka rasa. Jika demikian, maka secara logika kita pastilah memiliki sedemikian banyak kuliner. Terutama jika kita asumsikan, kuliner itu berbanding lurus dengan suku yang ada.

Maka, apabila Indonesia memiliki sekira 900 suku bangsa, kita pun tentu memiliki kuliner sebanyak itu.

Awal September lalu, saat saya ke Yogyakarta, saya bertemu dengan seorang pakar kuliner yang tak cuma mengerti bagaimana rasa itu tercipta, melainkan juga mengerti bagaimana filosofinya hingga sifat bahan yang terdapat di dalam makanan.

Nah, mari ikuti saya menemuinya.

***
Rumah di salah satu sudut Jalan Kemetiran Kidul Yogyakarta itu terasa damai. Di halaman rumah yang memiliki bangunan serupa guest house itu, berdiri pohon nam-nam dan pohon kepel yang lebat buahnya. Situasi ini sungguh kontras dengan suasana di jalanan sekitarnya yang padat dan bising oleh kendaraan bermotor.

Kesejukan niscaya akan bertambah, manakala kita masuk ke rumah utama. Memasuki ruang tamunya, kita langsung menjumpai akuarium di bawah kaki kita yang berisi ikan koi aneka warna.

Hari yang panas, segera menjadi sejuk oleh siraman segelas es kelapa muda yang disuguhkan oleh tuan rumah. "Saya sengaja nggak memakai gula, tapi pakai madu. Makanya nggak begitu manis kan?" ujar tuan rumah, seorang perempuan paruh baya.

Sambil minum es kelapa muda, tuan rumah membuka obrolan tentang dirinya. Perempuan di hadapan saya ini ternyata sarjana wanita pertama dan lulusan pertama di fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gajah Mada. Lulus tahun 1965, tapi karena ada peristiwa G-30S PKI maka
ditangguhkan sampai Februari 1966. Setelah lulus langsung diminta untuk memajukan perkebunan di Sumatera Utara bersama 9 orang lainnya.

Tapi panggilan sebagai pendidik membuat perempuan bernama Murdijati Gardjito ini kembali ke kampus dan mengajar Teknologi Pangan. Di tengah jalan, ternyata pemilik gelar Prof.Dr.Ir. ini diberi kesempatan mempelajari kuliner Nusantara. Walhasil, jurusan Teknologi Pangan pun
kemudian bercabang dua, menjadi Manufaktur dan Kuliner. Perbedaannya adalah, kalau Manufaktur itu membuat satu untuk semua, sementara Kuliner membuat satu untuk satu. Bu Moer pun mencontohkan, karena tidak ada Mie Jawa yang dibuat sekaligus dalam jumlah yang banyak bersamaan, meskipun hanya 3 menit dalam memrosesnya.

"Memang untuk Kuliner masih belum banyak ahlinya, bahkan saya kira saya masih sendirian secara keilmuan di bidang ini, tapi kalau yang menekuni kuliner untuk komersil ada seperti William Wongso yang sekarang masuk di bidang yang sama dengan Bondan Winarno. Saya tidak bisa memasak tapi saya suka masakan, saya suka mencicipi. Beberapa restoran meminta saya makan gratis di sana karena saya harus memberi komentar terhadap masakannya kurang apa dan sebagainya," terang Bu Mur.

Saya pun manggut-manggut, mulai paham dengan keilmuan perempuan pintar di hadapan saya. Saat saya tanya, kenapakah beliau tertarik sangat dengan kuliner Nusantara, dia pun berkata, "Tahukah Anda, bumbu Nusantara ternyata ikut mengubah selera dan cita-rasa kuliner
dunia secara materi maupun filosofi," kata Murdijati.

Menurut Murdijati, ini semua bermula sekira abad 15, saat rempah-rempah dari Nusantara mulai merambah ke barat hingga Eropa. Kala itu bumbu dari Nusantara masih dirahasiakan lokasi muasalnya, yang kemudian pada akhirnya terungkap sebagai Maluku. "Kepulauan Indonesia belum ada di peta dunia pada saat itu, yang ada hanya lima pulau seperti titik di tengah lautan. Di antara nama pulau itu adalah Ternate dan Tidore, dua wilayah penghasil cengkeh dan pala dari kepulauan Maluku saat itu," terang Murdijati.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com