Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

James Gunarjo Divonis 3,5 Tahun Penjara

Kompas.com - 19/10/2012, 18:46 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta menjatuhkan vonis tiga tahun enam bulan penjara ditambah denda Rp 100 juta subsider tiga bulan kurungan terhadap Staf Pembukuan/Advicer PT Agis Electronik James Gunarjo. Majelis hakim menilai, James terbukti secara bersama-sama menyuap pegawai Direktorat Jenderal Pajak Tommy Hindratno terkait kepengurusan restitusi atau lebih bayar pajak PT Bhakti Investama Tbk (PT BHIT).

Putusan tersebut dibacakan majelis hakim Pengadilan Tipikor yang diketuai Dharmawati Ningsih di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Jumat (19/10/2012). "Mengadili, menyatakan terdakwa James Gunarjo terbukti sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi bersama-sama sebagaimana dalam dakwaan primer, Pasa 5 Ayat 1 huruf b Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHP," kata hakim Dharmawati.

Dalam pertimbangannya, majelis hakim menilai kalau James tidak sendirian dalam menyuap Tommy. Berdasarkan fakta hukum, James memberikan uang Rp 280 juta ke Tommy bersama-sama Komisaris Independen PT Bhakti Investama, Antonius Z Tonbeng.

Dalam kasus ini, Tommy sudah dijadikan tersangka dan segera disidang di Pengadilan Tipikor, Jakarta, sementara Antonius masih berstatus sebagai saksi. Peristiwa pemberian uang Rp 280 juta kepada Tommy ini berawal dari pertemuan antara James, Antonius, dan Tommy di Gedung MNC Tower, Kebon Sirih, Jakarta pada Januari 2011 dan Maret 2011.

Saat itu, PT Bhakti Investama tengah mengajukan pengajuan restitusi senilai Rp 3,4 miliar. "Pertemuan tersebut untuk membicarakan permohonan restitusi pajak PT Bhakti Investama," kata hakim. Kebetulan, James mengenal Tommy dan tahu bahwa rekannya itu bekerja sebagai pegawai negeri di Dirjen Pajak.

Menurut hakim, dalam pertemuan tersebut, James bersama-sama Antonius meminta kepada Tommy membantu agar pemeriksaan pajak tidak terlalu banyak mengoreksi pada biaya-biaya yang berdampak mengurangi nilai lebih bayar pajak (restitusi) PT BHIT. James kemudian menjanjikan akan memberi sesuatu kepada Tommy dengan berkata "Kalau berhasil, ada lah".

Menindaklanjuti pertemuan tersebut, Tommy menghubungi rekannya yang bertugas sebagai pemeriksa pajak PT BHIT dan terus menanyakan perkembangan pemeriksaan pajak perusahaan tersebut. Selanjutnya, pada 5 Juni 2012, terdakwa James menghubungi Antonius Tonbeng. Saat itu, Antonius menyampaikan kalau restitusi pajak senilai Rp 3,4 miliar sudah diterima PT BHIT. Dari nilai yang diterima itu, akan dikeluarkan Rp 340 juta sebagai imbalan untuk Tommy dan pegawai pajak lainnya.

Setelah menerima Rp 340 juta, James mengambil Rp 60 juta kemudian sisanya akan diserahkan kepada Tommy. Pada hari itu juga, James menghubungi Tommy yang tengah berangkat dari Surabaya menuju Jakarta untuk mengambil uang.

Keduanya pun bertemu di sebuah rumah makan Padang di kawasan Lapangan Ros, Tebet, Jakarta Selatan. Kepada James, Tommy meminta agar uang Rp 280 juta yang dibungkus dalam tas hitam bertuliskan Lenor itu diberikan kepada Hendy yang diketahui sebagai ayah Tommy.

Setelah uang berpindah ke tangan Tommy, penyidik KPK menangkap tangan keduanya. Dalam pertimbangannya, majelis hakim juga menilai bahwa pembelaan pihak James yang mengatakan bahwa uang Rp 280 juta itu merupakan pembayaran utang kepada Tommy, tidak dapat diterima. "Telah terbukti kalau pemberian uang Rp 280 juta itu berkaitan dengan pajak PT Bhakti Investama," kata hakim Dharmawati. Atas putusan ini, James menyatakan pikir-pikir apakah akan mengajukan upaya banding atau tidak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Jemaah Haji Diimbau Tidak Umrah Sunah Berlebihan, Masih Ada Puncak Haji

    Jemaah Haji Diimbau Tidak Umrah Sunah Berlebihan, Masih Ada Puncak Haji

    Nasional
    Polisi Arab Saudi Tangkap 37 WNI Pakai Visa Ziarah untuk Berhaji di Madinah

    Polisi Arab Saudi Tangkap 37 WNI Pakai Visa Ziarah untuk Berhaji di Madinah

    Nasional
    Temani Jokowi Peringati Hari Pancasila, AHY: Jangan Hanya Peringati, tapi Dijiwai

    Temani Jokowi Peringati Hari Pancasila, AHY: Jangan Hanya Peringati, tapi Dijiwai

    Nasional
    Tak Persoalkan Anies dan Sudirman Said Ingin Maju Pilkada Jakarta, Refly Harun: Kompetisinya Sehat

    Tak Persoalkan Anies dan Sudirman Said Ingin Maju Pilkada Jakarta, Refly Harun: Kompetisinya Sehat

    Nasional
    Peringati Hari Lahir Pancasila, AHY: Pancasila Harus Diterapkan dalam Kehidupan Bernegara

    Peringati Hari Lahir Pancasila, AHY: Pancasila Harus Diterapkan dalam Kehidupan Bernegara

    Nasional
    Prabowo Sebut Diperintah Jokowi untuk Bantu Evakuasi Warga Gaza

    Prabowo Sebut Diperintah Jokowi untuk Bantu Evakuasi Warga Gaza

    Nasional
    Simpul Relawan Dorong Anies Baswedan Maju Pilkada Jakarta 2024

    Simpul Relawan Dorong Anies Baswedan Maju Pilkada Jakarta 2024

    Nasional
    Pemerintah Klaim Dewan Media Sosial Bisa Jadi Forum Literasi Digital

    Pemerintah Klaim Dewan Media Sosial Bisa Jadi Forum Literasi Digital

    Nasional
    Prabowo Kembali Serukan Gencatan Senjata untuk Selesaikan Konflik di Gaza

    Prabowo Kembali Serukan Gencatan Senjata untuk Selesaikan Konflik di Gaza

    Nasional
    Kloter Terakhir Jemaah Haji Indonesia di Madinah Berangkat ke Mekkah

    Kloter Terakhir Jemaah Haji Indonesia di Madinah Berangkat ke Mekkah

    Nasional
    PKB Beri Rekomendasi Willem Wandik Maju Pilkada Papua Tengah

    PKB Beri Rekomendasi Willem Wandik Maju Pilkada Papua Tengah

    Nasional
    Mengenal Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran, Diisi Petinggi Gerindra

    Mengenal Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran, Diisi Petinggi Gerindra

    Nasional
    Sebut Serangan ke Rafah Tragis, Prabowo Serukan Investigasi

    Sebut Serangan ke Rafah Tragis, Prabowo Serukan Investigasi

    Nasional
    Refly Harun Sebut Putusan MA Sontoloyo, Tak Sesuai UU

    Refly Harun Sebut Putusan MA Sontoloyo, Tak Sesuai UU

    Nasional
    Mendag Apresiasi Gerak Cepat Pertamina Patra Niaga Awasi Pengisian LPG 

    Mendag Apresiasi Gerak Cepat Pertamina Patra Niaga Awasi Pengisian LPG 

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com